Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Leo XIV, Damai Baru dari Balkon Vatikan

9 Mei 2025   08:43 Diperbarui: 9 Mei 2025   10:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Leo XIV: Tempo

Leo XIV memiliki modal itu. Ia bukan tokoh keras suara, tapi justru karena kesederhanaannya, ia bisa menjadi penenang badai.

Apakah Ia Akan "Setara"?

Pertanyaan ini sering muncul: akankah Paus baru ini mampu "setara" dengan pendahulunya?

Namun sejarah kepausan mengajarkan: tiap Paus hadir untuk zamannya. Yohanes Paulus II dibutuhkan sebagai figur karismatik global dalam transisi geopolitik. 

Benediktus XVI hadir sebagai teolog reflektif yang menjaga ortodoksi. Fransiskus hadir dengan gaya pastoral yang membumi, menantang budaya buang dan merayakan cinta universal.

Leo XIV belum menulis ensiklik, belum merombak struktur, belum tampil di forum internasional. Tapi ia sudah mengirim sinyal: bahwa kedamaian, ketenangan, dan keberanian spiritual adalah prioritasnya. Dan dunia saat ini---baik dalam Gereja maupun di luar---membutuhkannya lebih dari sebelumnya.

Ia tidak perlu menjadi replika dari pendahulunya. Yang dibutuhkan hanyalah menjadi dirinya sendiri: seorang hamba yang setia, seorang gembala yang berjalan bersama umatnya, dan seorang lelaki doa yang tidak takut berjalan dalam terang Kristus.

Menutup Tirai, Membuka Jalan

Ketika tirai balkon Basilika akhirnya ditutup kembali malam itu, jutaan orang di seluruh dunia masih memandang layar dengan takjub dan tenang. Bukan karena gebyar selebrasi, tapi karena kesederhanaan yang memikat. Karena di balik semua kompleksitas zaman, dunia selalu mendambakan satu hal yang sama: damai.

Paus Leo XIV telah menabur benih pertama. Perjalanan masih panjang, jalan salib masih menanti. Tapi ia sudah melangkah dengan hati terbuka dan tangan terulur.

Dan dalam dunia yang penuh ketakutan, mungkin inilah keberanian sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun