Kamu Merasa Gagal, Tapi Ternyata Sedang Dilindungi
Gagal---kata yang sering kita benci, tapi nyatanya begitu akrab dalam hidup.
Gagal masuk kampus impian.
Gagal lolos seleksi kerja.
Gagal mempertahankan hubungan.
Gagal memenuhi ekspektasi orang tua, pasangan, bahkan ekspektasi diri sendiri.
Saat itu terjadi, kamu mungkin merasa hancur. Dunia seperti mengecil. Harapan terasa jauh. Rasanya ingin menyerah karena semua yang kamu usahakan seolah sia-sia. Tapi pernahkah kamu berhenti sejenak dan bertanya:
"Bagaimana kalau sebenarnya aku sedang dilindungi?"
Tidak Semua yang Gagal Itu Buruk
Kita sering memaknai kegagalan sebagai akhir. Tapi kenyataannya, banyak "kegagalan" justru adalah belokan takdir menuju keselamatan.
Kamu gagal diterima di pekerjaan yang kamu impikan.
Ternyata beberapa bulan kemudian, perusahaan itu tutup karena krisis.Kamu gagal menikah dengan seseorang yang sangat kamu cintai.
Bertahun-tahun kemudian, kamu melihat bagaimana orang itu berubah dan tidak sejalan dengan nilai hidupmu.Kamu gagal mencapai target yang kamu kejar mati-matian.
Tapi kamu justru dipertemukan dengan jalur baru yang membuatmu tumbuh secara mental dan spiritual.
Gagal bukan selalu berarti kamu salah jalan. Kadang, itu adalah bentuk Tuhan menyelamatkanmu dari jalan yang tidak kamu tahu berbahaya.
Dilindungi dari Sesuatu yang Belum Kamu Pahami
Manusia hanya bisa melihat sampai batas pandangan mata dan logikanya. Tapi Tuhan? Ia melihat jauh ke depan, ke jalan yang tak terlihat. Maka saat sesuatu yang kamu rencanakan gagal, mungkin itu adalah bentuk perlindungan yang kamu belum bisa pahami... hari ini.
"Apa yang menurutmu baik, belum tentu baik menurut-Nya. Dan apa yang kamu hindari, bisa jadi itulah yang kamu butuhkan."
--- (QS. Al-Baqarah: 216)
Gagal itu menyakitkan, ya. Tapi percaya, akan jauh lebih menyakitkan jika kamu "berhasil" di jalan yang justru menjauhkanmu dari dirimu sendiri, dari kebahagiaanmu, dan dari keselamatanmu.
Kamu Sedang Dilindungi, Bukan Dihukum
Banyak orang merasa gagal karena merasa "dihukum" oleh Tuhan. Padahal, bisa jadi itu bukan hukuman, melainkan perlindungan yang dibungkus kekecewaan.
Kamu dijauhkan dari orang yang salah.
Kamu dilepaskan dari tempat yang tidak sehat.
Kamu dijatuhkan dari posisi yang hanya akan memperbesar egomu.
Dan itu bukan berarti Tuhan meninggalkanmu. Justru, itulah cara Tuhan menjaga arah hidupmu.
Gagal Itu Tidak Memalukan, Menyerah dari Proseslah yang Memalukan
Setiap kegagalan adalah panggilan untuk berhenti sejenak, meninjau ulang arah, lalu melangkah kembali dengan hati yang lebih jernih. Kadang kamu tidak tahu betapa besarnya perlindungan Tuhan, sampai kamu melihat ke belakang dan berkata:
"Untung dulu aku gagal."
Jadi, kalau hari ini kamu merasa gagal, jangan langsung menyimpulkan hidupmu buruk. Bisa jadi kamu sedang sangat dijaga---karena Tuhan tahu, kamu pantas untuk sesuatu yang lebih baik, tapi harus dipersiapkan lewat penundaan dan luka.
Kamu merasa gagal, tapi ternyata kamu sedang dilindungi.
Dan suatu hari nanti, kamu akan berterima kasih untuk itu.
Kamu Merasa Ditinggalkan, Tapi Ternyata Sedang Diselamatkan
Ada luka yang tidak berbentuk darah, tapi nyerinya menembus sampai tulang.
Itu luka karena ditinggalkan.
Oleh seseorang yang pernah jadi rumah,
oleh sahabat yang dulu saling menggenggam,
oleh pekerjaan yang kamu banggakan,
atau oleh mimpi yang selama ini kamu peluk erat.
Kamu merasa kosong.
Merasa tidak cukup.
Merasa gagal menjaga.
Lalu kamu bertanya:
"Apa aku tidak layak dipertahankan?"
"Kenapa mereka pergi?"
"Kenapa semuanya berakhir seperti ini?"
Tapi... bagaimana jika sebenarnya kamu tidak sedang ditinggalkan, melainkan sedang diselamatkan?
Kepergian Tidak Selalu Kehilangan
Kita diajari sejak kecil bahwa jika sesuatu pergi, itu berarti kita kehilangan. Padahal, tidak semua yang pergi adalah kerugian.
Kadang, kepergian adalah bentuk kasih sayang Tuhan yang tidak bisa kamu pahami saat ini.
Seseorang meninggalkanmu karena hatinya berubah.
Tapi kamu belum tahu, jika bersamanya, kamu justru akan kehilangan dirimu sendiri.Kamu dipecat dari pekerjaan yang kamu cintai.
Tapi kamu belum sadar, tempat itu telah lama meracuni mentalmu perlahan.Mimpi yang kamu perjuangkan kandas di tengah jalan.
Tapi bisa jadi karena Tuhan menyiapkan jalan yang lebih cocok dengan jiwamu.
Yang kamu kira ditinggalkan, bisa jadi sebenarnya kamu baru saja dibebaskan.
Diselamatkan dari Apa yang Tidak Terlihat
Manusia hanya bisa melihat sampai sejauh hari ini. Tapi Tuhan melihat jauh melewati batas penglihatan kita.
Ia tahu siapa yang akan menghancurkanmu nanti,
Ia tahu pekerjaan mana yang akan mengikis jiwamu pelan-pelan,
Ia tahu mimpi mana yang, jika kamu capai, justru membuatmu menjauh dari-Nya.
Maka ketika sesuatu pergi, Tuhan bukan sedang membalasmu. Tuhan sedang menarikmu keluar dari yang salah, dari yang melemahkan, dari yang mengaburkan siapa dirimu sebenarnya.
"Terkadang, Tuhan menyelamatkanmu dengan cara membuatmu merasa hancur terlebih dahulu."
Rasa Ditinggalkan Itu Perlu, Agar Kamu Belajar Pulang ke Arah yang Benar
Rasa ditinggalkan mengajarkan banyak hal:
Bahwa kamu tidak boleh menggantungkan seluruh hidup pada makhluk.
Bahwa cinta yang sejati tak akan membuatmu merasa kehilangan arah.
Bahwa tidak ada satu pun hal di dunia ini yang pasti... kecuali Tuhan.
Kamu boleh kecewa. Kamu boleh menangis. Tapi jangan terlalu lama menyalahkan diri. Karena setelah badai, selalu ada arah baru yang lebih jernih.
Ditinggalkan Bukan Akhir Segalanya
Jika hari ini kamu merasa ditinggalkan, ingatlah:
Barangkali yang pergi adalah yang memang tidak seharusnya tinggal.
Barangkali Tuhan sedang menyingkirkan penghalang antara kamu dan versi terbaikmu.
Barangkali kamu sedang dijauhkan dari sesuatu yang hanya akan membuatmu rapuh, agar kamu bisa kuat.
Jadi, jangan buru-buru menyebutnya luka.
Jangan buru-buru menyebutnya akhir.
Karena bisa jadi...
Itu adalah awal penyelamatan yang tidak kamu minta, tapi kamu butuhkan.
Kamu merasa ditinggalkan, tapi ternyata sedang diselamatkan.
Dan kelak, kamu akan bersyukur untuk itu.
Kamu Merasa Lambat, Padahal Sedang Dijaga dari Jatuh yang Lebih Keras
Kamu melihat teman-temanmu melaju cepat.
Ada yang sudah mapan.
Ada yang sudah menikah.
Ada yang viral.
Ada yang sukses di usia muda.
Sementara kamu? Masih di titik yang sama, merasa tertinggal dan terlambat dari banyak hal.
Lalu kamu mulai mempertanyakan diri sendiri:
"Apa aku terlalu lambat?"
"Apa aku kurang ambisius?"
"Kenapa semuanya terasa jauh lebih cepat untuk orang lain?"
Namun barangkali, kamu tidak sedang gagal.
Barangkali, kamu hanya sedang dilambatkan---bukan untuk disiksa, tapi untuk dijaga.
Kecepatan Tidak Selalu Menandakan Keberhasilan
Kita hidup di dunia yang memuja kecepatan.
Semua ingin cepat: cepat sukses, cepat kaya, cepat terkenal, cepat selesai.
Padahal, sesuatu yang tumbuh terlalu cepat, sering kali rapuh.
Dan sesuatu yang bertahan lama, biasanya tumbuh perlahan.
Keterlambatanmu bisa jadi bukan tanda kegagalan, tapi tanda perlindungan.
Tuhan mungkin melihat jalanmu penuh bebatuan, dan memilih melambatkan langkahmu agar tidak tersandung terlalu keras.
Tuhan mungkin tahu, jika kamu diberi "cepat", kamu akan mudah lupa diri.
Maka Dia ajari kamu sabar, konsisten, dan kuat... lewat proses yang pelan.
Melambat Bukan Kalah, Tapi Membangun Kesiapan
Orang yang belajar lambat tapi memahami dengan dalam, akan lebih kuat fondasinya daripada orang yang cepat tapi dangkal.
Begitu juga hidup. Kadang kamu butuh melambat agar bisa:
Mengenali tujuanmu dengan lebih jernih
Membedakan antara impian yang sungguh kamu inginkan dan hanya ikut-ikutan
Mematangkan mentalmu sebelum diberi tanggung jawab yang besar
Tuhan tahu kapan kamu siap. Dan kadang, kamu belum siap, maka kamu dilambatkan---bukan karena kamu buruk, tapi karena kamu terlalu berharga untuk jatuh sembarangan.
Orang Lain Bukan Patokan Waktumu
Setiap orang punya "jam hidup" masing-masing.
Ada yang menikah di usia 23, ada yang baru menemukan jodoh di usia 39.
Ada yang sukses di usia muda, ada yang baru menemukan panggilan hidupnya setelah puluhan tahun.
Tidak ada yang salah.
Yang jadi masalah adalah ketika kamu mengukur hidupmu dengan arloji orang lain.
Kamu tidak lambat. Kamu hanya berjalan di waktu yang berbeda.
Kadang, Tuhan Melambatkanmu Karena Sayang
Bayangkan kamu sedang naik mobil menuruni bukit yang curam.
Jika terlalu cepat, kamu bisa tergelincir.
Maka Tuhan menekan pedal rem.
Membuatmu bertanya-tanya, "Kenapa tidak bisa lebih cepat?"
Padahal, Dia tahu:
Kalau tidak dilambatkan, kamu akan jatuh lebih keras.
Jadi, kalau kamu hari ini merasa lambat, tidak apa-apa.
Mungkin kamu sedang dibentuk lebih kokoh.
Mungkin kamu sedang dilatih lebih sabar.
Dan mungkin, kamu sedang dijauhkan dari kejatuhan yang tak akan mampu kamu tanggung saat ini.
Kamu merasa lambat, padahal Tuhan sedang melambatkanmu... agar kamu tidak jatuh lebih keras.
Dan kelak, kamu akan bersyukur untuk semua proses yang terasa pelan hari ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI