Udara panas beringas menguapTemperatur mematri kulit mukaSuara berpolusi mengumbar perang
Jika ini sebuah pidato, semua akan dimulai dari seorang pemimpin, seorang perempuan berdiri di atas podium atau pria tua berjalan di antara massa
Puisi politik dan puisi pemilu, Dibawah terik mentari
Puisi yang mengambarkan tentang situasi politik yang memanas menjelang pemilu 2024
Ada matahari menyalak di sanubariKetika konstitusiku terobrak -abrik kepentinganAroma sengkuni mengusik peraduan malamBagaimana aku bisa mendam
Pilih pemimpin yang bermanfaat bagi rakyat.
Kawan...!Musim panas mengusir hujanPanji-panji dipanggang matahari
Wajah orang muda itu sarat garis-garis lelah, lurus, serong, bercabang, memuntir.
Tapi pada segala retorika janji-janji surga tentang peradaban yang lebih baik, percayalah, rakyat sudah amat paham
Ada matahari membusur di antara bentangan kisah,Menyeruak bersorak cerita.Derita berdiri berhinpitan pada sempitnya waktu.
Tinta mu pudar, meluncur bagai bandang, menerjang meluluhkan-lantakkan kota tua
Janji-janji jalanan. Janji-janji jalanan bertebaran jalan. Janji-janji jalanan di jalan tikus
Jempol mengapit telunjuk dan jari tengah. Ujung pena menguap peluh menetes kisah
Mereka mengiba kasih walaupun dalam hangatnya belaian bait beirama jihad
Ujung pena berdarah kupahat pada balada orang- orang miskin
Wanita- wanita perkasa memburu rupiah di negeri seberangMengarungi samudera dengan perahu kertasSelat berliku dilewati dengan kapal tak ber nakhoda
kabut asmara memabukkan rasapenasaran menghujam kalbuangan meradang pada buritan rasa
mari dengarkan dongeng penguasa negeriawasi alam bawah sadar jangan sampai pulas membelai mesra hingga iler mencetak pulau pulau baru di bantal
Indonesia negeri tercinta Suhu politik berduka Ibu pertiwi sedang bunting tua Mengandung demokrasi Menunggu sang makhota keluar dari peraduan