Dengan kondisi lokalisasi pelacuran sudah pindah ke media sosial, maka tidak bisa lagi dijangkau laki-laki dengan perilaku seksual berisiko
Penyebaran HIV/AIDS melalui hubungan seksual hanya bisa diputus oleh orang per orang karena pemerintah tidak bisa awasi perilaku seksual setiap warga
"Ratusan Warga Cisarua Terpapar HIV/AIDS, Yayasan Lekas Ajak Masyarakat Tes Mandiri" Ini judul berita di pakuanraya.com (7/5/2025).Ajakan Yayasan Leka
Ada laki-laki pengidap HIV/AIDS warga setempat yang menularkan HIV/AIDS kepada 13 pekerja warung remang-remang yang positif HIV
Ciri-ciri yang disebut terkait HIV/AIDS tidak otomatis tunjukkan infeksi HIV jika tidak pernah lakukan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko
Kalau hanya dengan orasi moral apalagi dengan materi berupa mitos AIDS, maka penanggulangan tidak akan berhasil
Perlu dibedakan antara jumlah infeksi HIV baru dan jumlah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi
Risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual
Adalah tanggung jawab sosial bagi keluarga untuk melindungi anggota keluarga dari risiko tertular HIV/AIDS atau PIMS
Padahal pembelian obat ARV yang gratis untuk pengidap HIV/AIDS di Indonesia juga mengandalkan bantuan asing
Ketika belum ada vaksin AIDS (baca: HIV), a jalankanlah ‘vaksin sosial’ yaitu hindari perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tinggi tertular
Dominasi artinya menguasasi, maka tidak mungkin kelompok gay di Kota Depok bisa menguasai penularan HIV/AIDS
Adalah hal yang mustahil Pemkot Bandung bisa mengawasi perilaku seksual warga, terutama laki-laki dewasa, yang berisiko tertular HIV/AIDS
Penyebutan ciri-ciri yang terkait dengan HIV/AIDS tanpa ada penjelasan ternyata jadi alasan untuk penyangkalan
Penyebutan seks bebas aka zina sebagai penyebab penularan HIV/AIDS adalah hoaks (informasi bohong) yang bisa dijerat dengan UU ITE
Kasus HIV/AIDS pada perilaku seks sesama pria ada di terminal terakhir, sedangkan kasus HIV/AIDS pada PSK jadi pintu masuk ke masyarakat
Seks pada lesbian (L pada LGBT) bukan faktor risiko penularan HIV/AIDS karena seks lesbian bukan seks penetrasi
Heteroseksual adalah orientasi seksual, sedangkan risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena orientasi seksual
Penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terjadi secara diam-diam yang merupakan silent disaster yang kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’
Kasus HIV/AIDS pada remaja realistis, mereka tertular HIV/AIDS karena materi KIE hanya mitos belaka