Mohon tunggu...
Syaiful  W HARAHAP
Syaiful W HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger

Pemerthati berita HIV/AIDS sbg media watch

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Menunggu Langkah Tegas dan Terukur Pemprov Jawa Barat dalam Menanggulangi Epidemi HIV/AIDS

13 Mei 2025   14:08 Diperbarui: 13 Mei 2025   14:08 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: epthinktank.eu)

"Aliansi Literasi dan Transformasi Rakyat Semesta (Altras) mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengambil langkah tegas dan terukur terkait peningkatan kasus HIV dan AIDS di provinsi itu." Ini lead pada berita "Altras desak Pemprov Jabar ambil langkah tegas terkait peningkatan kasus HIV/AIDS" (antaranews.com, 11/5/2025).

Ada beberapa hal terkait dengan pernyataan di lead berita di atas, yaitu:

Pertama, apa yang dimaksud dengan 'peningkatan kasus HIV dan AIDS'? Jika patokan adalah jumlah kasus yang dilaporkan itu artinya adalah jumlah kasus yang terdeteksi bukan jumlah infeksi HIV baru.

Padahal, jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan, dalam berita disebut tahun 2010-2024 sebanyak 80.060 HIV dan 17.668 AIDS, tidak menggambarkan kasus AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Kedua, kondisi itu menunjukkan banyak warga Jawa Barat (Jabar) yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Mereka inilah yang jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat tanpa mereka sadari. Hal ini terjadi karena seseorang yang tertular HIV tidak semerta menunjukkan gejala-gejala, tanda-tanda atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.

Jika pengidap HIV/AIDS laki-laki, maka mereka menularkan HIV/AIDS ke istrinya, jika istrinya tertular ada pula risiko penularan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI). Selain itu tidak sedikit laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu, punya selingkuhan dan pelanggan pekerja seks komerisal (PSK).

Studi Kemenkes mencatat hingga akhir tahun 2012 ada 6,7 juta pria Indonesia yang menjadi pelanggan PSK, sehingga pria menjadi kelompok yang paling berisiko tinggi untuk menyebarkan HIV/AIDS (bali.antaranews.com, 9/4/2013). Yang bikin miris 4,9 juta di antara 6,7 juta pria itu mempunyai istri. Itu artinya ada 4,9 juta istri yang berisiko tertular HIV/AIDS dari suaminya.

Ketiga, adalah hal yang mustahil dalam kondisi pelacuran tidak dilokalisir menanggulangi penyebaran HIV/AIDS karena praktek pelacuran sekarang sudah pindah ke media sosial sehingga tidak terjangkau (lihat matriks).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun