Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ada Kesan Menyepelekan Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia

27 Maret 2025   09:27 Diperbarui: 27 Maret 2025   09:27 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: medscape.co.uk)

Badan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) membeberkan prediksi bahwa akan terjadi 6 juta kematian akibat penyakit terkait dengan HIV/AIDS di dunia karena Pemerintahan Presiden Donald Trump memotong hampir 83 persen bantuan luar negeri. Hal ini dilansir oleh DW edisi 26/3/2025.

Salah satu badan terdampak adalah USAID yang jadi salah satu donor bagi UNAIDS dan banyak negera di dunia terkait dengan bantuan untuk AIDS dan TBC. Dengan pemotongan dana itu dampak paling berat adalah terkait dengan biaya pembelian obat antiretroviral (ARV) dan obat TBC.

Penanggulangan TBC di Indonesia, misalnya, dikaitkan dengan HIV/AIDS melalui program Community Empowerment of People Against  Tuberculosis (CEPAT). Mengacu pada Laporan TBC Global yang diterbitkan oleh WHO pada tahun 2023 Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 1.060.000 dan kematian sebanyak 134.000. Terdapat sekitar 15 orang yang meninggal akibat TBC setiap jam di Indonesia (tbindonesia.or.id, 2/5/2024).

Padahal, pembelian obat ARV yang gratis untuk pengidap HIV/AIDS di Indonesia juga mengandalkan bantuan asing, dalam hal ini The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria (GFATM), yang bisa saja terhadang.

Celakanya, pemerintah, terutama pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia sama sekali tidak melakukan penanggulangan di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, jumlah insiden infeksi HV baru, terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK).

Tapi, sejak reformasi tahun 1998 ada gerakan moral yang menutup semua tempat atau lokalisasi pelacuran. Akibatnya, sekarang ini pelacuran pindah ke media sosial dengan cewek prostitusi online, yang tergolong sebagai PSK tidak langsung atau tidak kasat mata, dalam jaringan (Daring). Begitu juga dengan PSK yang biasanya bekerja di lokalisasi sebagai PSK langsung atau kasat mata juga pindah ke prostutusi online.

Bahkan, ada semacam promosi yang disebarkan beberapa daerah kabupaten dan kota di Indonesia terkesan menggampangkan masalah infeksi HIV dengan menyebut: periksa, maksudnya tes HIV, jika positif jalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ART).

Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)

Dalam penanggulangan epidemi HIV/AIDS langkah tersebut adalah kegiatan di hilir yaitu dilakukan terhadap warga yang sudah tertular HIV.

Sejatinya, program penanggulangan adalah di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV baru. Tapi, tidak ada langkah pemerintah yang konkret untuk menurunkan jumlah insiden infeksi HIV baru di hulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun