Sampai saat ini belum ada vaksin (medis) yang bisa mencegah seseorang tertular virus dalam hal ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Misalnya, sub-type virus (HIV) yang sudah teridentifikasi yaitu A sampai O. Itu artinya jika ditemukan vaksin HIV untuk sub-type A belum tentu cocok sub-type lain. Di Indonesia umumnya sub-type virus (HIV) adalah E. Maka, kalau ada warga Indonesia tertular HIV dengan sub-type virus tertentu itu artinya tertular di negara lain atau dari orang dari negara lain.
Di Indonesia yang meneliti sub-type HIV yaitu Prof. DR. dr. Ketut Tuti Parwati Merati, Sp.Pd-KPTI, FINASIM, yang mengidentifikasi kasus AIDS pertama di Indonesia yaitu pada laki-laki gay pelancong Belanda di RS Sanglah, Denpasar, Bali (1987).
Baca juga: Menyoal Kapan Kasus HIV/AIDS Pertama Ada di Indonesia (Kompasiana, 3 Januari 2011)
Celakanya, ketika itu pemerintah justru membalut informasi HIV/AIDS dengan norma, moral dan agama sehingga yang sampai ke masyarakat, bahkan sampai sekarang, hanya mitos (anggapan yang salah) sehingga banyak warga, terutama laki-laki dewasa, yang termakan mitos sehingga tertular HIV/AIDS.
Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan zina, seks pranikah, seks bebas, pergaulan bebas, seks menyimpang pelacuran, perselingkuhan dan homoseksual.
Padahal, secara empiris penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) bisa terjadi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.
Baca juga: Kasus HIV/AIDS pada Remaja Akibat Materi KIE HIV/AIDS yang Hanya Mitos (Kompasiana, 25 Oktober 2022)
Kasus HIV/AIDS di Indonesia tidak bisa dianggap remeh karena laporan di jurnal internasional (aidmap.org, 4/9/2028) menunjukkan Indonesia memiliki jumlah infeksi HIV baru terbesar ke-4 per tahun di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) perkirakan ada 73.000 kasus infeksi HIV baru per tahun di Indonesia. Angka ini hanya tertinggal dari China, India, dan Rusia.
Sementara itu laporan di "Website HIV PIMS Indonesia" menunjukkan sampai Juni 2024 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai 766.534 yang terdiri atas 598.271 HIV dan 168.263 AIDS.
Angka-angka tersebut bisa jadi jauh lebih besar karena banyak kasus yang tidak terdeksi. Perlu diingat bahwa jumlah kasus yang dilaporkan tidak menggambarkan kasus AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.