Siapa sih yang tidak kenal aplikasi TikTok? Bagi kalangan Gen Z, TikTok bukan lagi hal asing. Aplikasi ini seolah sudah menjadi bagian dari kehidupan
Belajar Kuat Dari Omongan Orang: Saat Fisik dan Jerawat Menjadi Bahan Komentar
“Sinisme di medsos: sindiran ringan + tawa instan = hiburan Gen Z. Mengapa bisa begitu?”
Kenapa Scroll Komentar Kadang Lebih Seru dari Postingan.
Komentar negatif di medsos bukan hanya melukai orang lain, tapi juga perlahan meracuni kesehatan mental kita sendiri.
Media sosial seperti TikTok dan Instagram kini bukan hanya tempat hiburan, tetapi juga cermin maraknya kasus bullying.
Sejak ibu diam-diam menelpon seseorang, "Halo, halo, halo? Dokter..." Aku diam-diam memperhatikan mimik muka beliau melalui cermin mainan...
Banyak orang masih sulit menerima perbedaan, sehingga reaksi spontan berupa penolakan, kemarahan, atau bahkan hinaan sering muncul.
Netizen cerewet bukan musuh, tapi tanda cinta. Sayang, cinta ini sering berakhir di status: Belum dibalas OPD terkait
Menulis di Kompasiana
Kata Microsoft dari hasil survei tahun 2021 yang lalu netizen Indonesia adalah netizen yang paling "tidak beradab" di dunia maya. Memangnya iya?
Komentar-komentar menyebalkan pada artikel di Kompasiana
Bukan pesanmu yang salah. Mungkin hanya wajahmu yang tak cukup enak dipandang untuk diperjuangkan.
Teknologi digital saat ini telah membuat komunikasi menjadi lebih mudah dan cepat. Media sosial, forum diskusi, dan berbagai platform digital lainnya
"Komentar bukan sekadar kata, tapi bisa menyembuhkan atau melukai. "Kalau bisa menuliskan sesuatu yang membangun, kenapa memilih menjatuhkan?"
Ubah dunia maya jadi ruang yang ramah dan positif. Yuk, mulai dari diri sendiri dengan ikut #DigitalKindnessChallenge
Mengapa di era kehidupan yang hampir seluruh manusia menggunakan sosial media untuk berkomentar? Apa dampaknya bagi orang lain?
Klasifikasi Sentimen Pengunjung Mall Semarang dengan Algoritma Random Forest untuk Mendukung Pengambilan Keputusan Layanan
Di hari Kamis yang ramai, perpustakaan jadi panggung kisah: buku-buku berpindah tangan, sapaan hangat, dan ilmu mengalir tanpa batas.
Dalam sebuah media, saat ini menjadi kewajaran untuk memberi tempat bagi pembaca untuk berkomentar. Namun bagaimans jika kebiasaan ini dihilangkan?