... di Kedu, batu demi batu disusun, relief demi relief diukir. Perlahan, menjulanglah sebuah mahakarya yang kelak dikenal dunia: Candi Borobudur ...
Di bawah cahaya mentari pagi, Pancapana berdiri tegak di atas tanah yang berlumur darah, bukan sebagai seorang pendendam, melainkan sebagai ksatria
Pancapana maju dengan tebasan bertubi-tubi, memaksa Panangkaran mundur beberapa langkah. Perang seakan berhenti sesaat, semua mata tertuju pada duel
Dua generasi, dua garis darah, dua takdir, akhirnya berhadapan di medan laga.
Dan di Mataram, Panangkaran yang mendengar kabar persiapan itu hanya tersenyum sinis. “Baiklah, Pancapana. Jika kau ingin merebut kembali tahta ayahmu
Pancapana berlutut di samping jenazah sahabatnya, menggenggam tangan Indrayana yang dingin. Air matanya jatuh, membasahi kain kafan. “Sahabatku…
Pancapana menunduk, air matanya jatuh ke tanah. Malam itu, di tengah cahaya obor yang berkelip, ia bersumpah dalam hati: pengorbanan Indrayana akan ..
Kolaborasi UNIMMA dan Penggiat Wisata Wringinputih untuk Mensinergikan Potensi Pariwisata Desa Wringinputih
Namun di tengah hiruk-pikuk itu, seorang penyusup yang lebih licik dari lainnya menyelinap dari belakang. Di tangannya tergenggam belati beracun yang
Dan di luar pesta yang semarak, bayangan badai mulai berkumpul—badai yang akan menguji persaudaraan, cinta, dan nasib kerajaan.
Siapa aku. Siapa ego itu sebenarnya ini sebuah renungan dari relief Candi Borobudur
Bayangan bahaya mulai menyelimuti istana. Pernikahan Pancapana bukan akhir dari perjuangan, melainkan awal dari badai yang lebih besar.
Langit istana berseri, seakan memberkati awal yang baru. Namun jauh di lubuk hati Pancapana, ia tahu perjalanan masih panjang. Tahta Mataram yang ...
Rakyat menjerit, para prajurit mundur ketakutan. Bukti kebohongan Sidha Kalagana akhirnya tersingkap di hadapan semua orang.
Pancapana menggenggam bahu sahabatnya, matanya berkaca-kaca. Ia menyadari, perjuangan ini bukan hanya tentang takhta, melainkan juga tentang pengorban
Malam semakin larut. Di satu sisi, makhluk-makhluk gaib bekerja membangun candi Sidha Kalagana. Di sisi lain, Pancapana dan Indrayana tetap tekun,
Langit Gunung Batur semakin kelam. Persaingan belum dimulai sepenuhnya, namun aroma tipu daya sudah menyelubungi sayembara itu.
Pancapana terdiam, merenungi kata-kata gurunya. Ia sadar, jalan menuju Mataram bukan hanya dipenuhi pedang dan darah, melainkan juga ujian hati.
Di istana, kabar sayembara itu pun menyebar cepat. Dan di hutan Randualas, Pancapana dan Indrayana yang terengah setelah bertarung, segera menyadari
Di kegelapan Randualas, suara pedang Pancapana dan Indrayana terus beradu, tak menyadari bahwa kemenangan mereka telah dicuri oleh musuh yang lebih...