Mohon tunggu...
Umar Sofii
Umar Sofii Mohon Tunggu... Bukan Siapa-siapa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cara Melepas Ego. Ajaran dari Candi Borobudur

15 September 2025   10:47 Diperbarui: 15 September 2025   10:47 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Siapa aku?" Pertanyaan sederhana ini terdengar biasa, tapi sesungguhnya mampu mengguncang hidup manusia. Sejak ribuan tahun lalu, pertanyaan ini menghantui pencari kebenaran, dari Siddhartha Gautama di India kuno hingga kita hari ini di era gawai.

Ego: Si Aku yang Rapuh

Dalam hidup sehari-hari kita sering merasa punya "aku" yang jelas: tubuh ini, nama ini, pekerjaan, status, atau peran sosial. Inilah yang disebut ego. Tapi semua itu rapuh: tubuh menua, hubungan berakhir, karier bisa runtuh, bahkan nama bisa dilupakan.

Ego berpegang pada semua itu dan berteriak: "Ini milikku! Ini diriku!" Dari situlah lahir penderitaan. Saat tubuh sakit, kita merasa "saya menderita." Saat kehilangan orang tercinta, kita merasa "saya hancur." Padahal, semua hanyalah perubahan alami yang terus berlangsung.

Tiga Kebenaran yang Membebaskan

Buddha mengajarkan tiga karakter dasar hidup:

Anicca --- segala sesuatu tidak kekal.

Dukkha --- ada ketidakpuasan dalam setiap pengalaman.

Anatt --- tidak ada "aku" yang tetap dan abadi.

Tiga prinsip ini bukan dogma, melainkan cara melihat kenyataan. Begitu dipahami, kita tidak lagi menuntut hidup selalu sesuai keinginan ego.

Borobudur: Belajar Memberi, Belajar Melepas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun