Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kisah Berdirinya Candi Borobudur [VII]

14 September 2025   14:40 Diperbarui: 14 September 2025   13:29 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by kam/ai

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Bagian 7: Tipu Daya di Gunung Batur

Malam turun di Gunung Batur. Cahaya bulan menimpa bongkahan batu yang berserakan, seakan menunggu tangan-tangan yang akan menyusunnya menjadi candi.

Pancapana dan Indrayana terus bekerja. Pancapana membelah batu besar dengan tenaga luar biasa, sementara Indrayana mengukir relief-relief yang menggambarkan kisah kehidupan dan kebijaksanaan. Candradewi membantu menyalakan pelita dan menyiapkan air agar mereka tetap kuat.

Namun di tempat yang lebih tinggi, Sidha Kalagana sudah bersiap dengan rencana liciknya. Ia duduk bersila, melafalkan mantra. Angin malam berputar kencang, seakan menjawab panggilannya. Dari kegelapan, muncul makhluk-makhluk gaib: jin, siluman, dan roh penunggu gunung.

"Aku memerintahkan kalian," ujar Sidha Kalagana, suaranya tajam, "bantu aku membangun candi ini sebelum fajar. Jika berhasil, kalian akan kuberi sesaji dan tempat pemujaan."

Para makhluk gaib itu menunduk, lalu bergerak cepat. Mereka mengangkat batu-batu dengan kekuatan luar biasa, menyusunnya hingga terbentuk bangunan besar dalam sekejap.

Dari kejauhan, Pancapana merasa ada yang aneh. Kalung pusaka pemberian Resi Bayumurti yang tergantung di lehernya tiba-tiba bergetar, memancarkan cahaya samar.

"Indrayana," katanya cemas, "lihatlah. Ada yang tidak wajar. Pekerjaan kita baru setengah jalan, tapi di sisi lain gunung, bangunan seolah hampir rampung."

Indrayana mengerutkan kening. "Itu pasti ulah Sidha Kalagana. Ia tidak akan pernah jujur."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun