Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Pemelajar

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Jika Indonesia Lolos Piala Dunia 2026, Aku Akan Menanyakan Kabar Tentangmu

7 Oktober 2025   05:23 Diperbarui: 7 Oktober 2025   16:01 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Show Your Dignity Timnas Indonesia! (Sumber: Pinterest/Marrini Rin Obito)

Jika Indonesia Lolos Piala Dunia 2026, Kalian Akan...?

"Aku akan menanyakan kabar tentangmu, mencintaimu dalam kondisi apa pun, dan mengenangmu dengan cara paling baik, sambil menatap layar yang menyiarkan perjuangan Garuda."

Ada hal-hal sederhana yang ternyata paling sulit dilakukan. Salah satunya adalah menanyakan kabar seseorang yang dulu begitu dekat, tapi kini hanya bisa diingat lewat kenangan.

Aku sering mengetik pesan singkat: "Hai, apa kabar?" atau "Aku merindukan senyum manismu, bagaimana hari ini?" hanya untuk kemudian menghapusnya lagi. Entah karena takut dianggap mengganggu, atau karena sadar bahwa beberapa kisah memang tak seharusnya diulang.

Namun di bulan Oktober ini, aku janji pada diriku sendiri: aku akan menanyakan kabar tentangmu, mencintaimu dengan cara yang lebih tenang, dan mengenangmu dengan rasa syukur. Dan semua itu akan kulakukan sambil menonton dua laga penting Timnas Indonesia di tanggal 9 dan 12 Oktober nanti.

Hidup ini memang lucu. Antara cinta dan sepak bola, ternyata jaraknya tak sejauh yang kita kira. Keduanya sama-sama menegangkan, membuat jantung berdebar, dan kadang menimbulkan air mata. Tapi justru di situlah keindahannya. Sepak bola menyatukan, cinta mendewasakan.

Antara Cinta dan Sepak Bola

Aku selalu percaya, sepak bola adalah bahasa universal. Ia menyatukan banyak orang yang bahkan tak saling kenal. Sama seperti cinta, yang bisa mempersatukan dua hati yang tak pernah menyangka akan bertemu dihadapan takdir yang sama.

Ketika Timnas Indonesia akan berlaga, entah kenapa pikiranku langsung melayang padamu. Mungkin karena dulu kita pernah menonton bareng di kafe kesukaan kita, tertawa ketika komentator salah menyebutkan nama pemain, atau sekadar berdebat soal siapa yang paling pantas jadi striker utama. Dan aku masih ingat saat kamu pura-pura marah gara-gara pemain kita gagal penalti, 'Emangnya susah ya?!' membuatku tertawa dan ikut nimbrung, 'Coba kamu aja yang maju!' Momen-momen seperti itu yang paling aku rindukan.

Seru juga, setiap Timnas Indonesia mencetak gol, tanpa sadar aku mencari dirimu di sebelahku. Tapi kenyataan yang aku dapati kamu tak ada di sana, dan yang tersisa hanya sepi dan rindu yang tak pernah terobati hingga kini.

Jika Indonesia Menang di Tanggal 9 Oktober

Kalau Indonesia menang di laga pertama menghadapi Arab Saudi, aku tahu apa yang akan kulakukan. Aku akan berteriak sekeras mungkin, bukan hanya karena Garuda unggul, tapi karena di dalam hatiku, aku juga merasa menang melawan rindu. Setelah semua yang terjadi, aku sadar bahwa aku sudah melawan cemburu, akankah aku menang juga saat melawan rasa rindu?

Mungkin setelah peluit panjang, aku akan menulis status konyol:

"Kemenangan ini untuk kamu, yang kabarnya masih ingin kutahu, tapi belum sempat kutanyakan."

Sedikit dramatis memang, tapi begitulah cinta. Kadang lebih banyak disalurkan lewat kalimat yang tak sempat dikirim. Kalau malam itu kamu membaca dan memberi tanda hati, itu sudah cukup.

Tapi kalau tidak, aku akan pura-pura sibuk membaca statistik pertandingan. Karena seperti halnya Timnas yang terus maju dengan gigih, aku juga sedang berusaha untuk tetap tabah dan tidak  mudah menyerah.

Kalau Indonesia Bermain Lagi di 12 Oktober

Laga kedua saat menghadap Irak akan jadi ujian, baik untuk Timnas maupun untuk hatiku. Kalau Indonesia kembali menang, aku mungkin akan menulis artikel berjudul "Dua Kemenangan, Dua Kenangan." Tapi kalau kalah, aku akan tetap menuliskan rinduku padamu, karena dari kekalahan kita belajar arti kesetiaan, dan dari tiap-tiap bait yang aku tulis, aku berharap kamu merasakannya juga.

Aku akan menatap layar televisi, mengingat lagi bagaimana caramu bersorak dulu, lalu tersenyum kecil. "Aku akan terus menanyakan kabarmu," bisikku dalam hati, "meski kamu mungkin sudah tidak ingin tahu tentang kabarku lagi."

Dan saat lagu Indonesia Raya berkumandang sebelum kick-off, aku akan berdiri tegak. Karena cinta dalam bentuk apa pun, pada negeri, pada seseorang, atau pada kenangan, selalu layak diberi penghormatan. Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas?

Jika Indonesia Kalah Sekalipun

Kalau nanti Indonesia kalah, aku tak akan marah. Karena aku tahu, kalah tak selalu berarti gagal. Kadang, justru di situlah letak pembelajaran paling berharga.

Aku akan tetap mendukung, tetap percaya, tetap bertepuk tangan, seperti dulu aku percaya pada kita, bahkan saat semuanya mulai renggang. Karena mencintai seseorang itu mirip mendukung Timnas: tak bisa setengah hati, meski hasilnya tak selalu seindah harapan.

Dan ketika orang-orang mulai menulis komentar tajam di media sosial, aku akan menulis versiku sendiri:

"Kadang strategi hati juga perlu diubah, tapi kesetiaan tetap dipertahankan."

Antara Aku, Kamu, dan Garuda

Setiap kali Garuda bertanding, ada sesuatu yang tumbuh di dada, semacam harapan yang tak pernah padam. Semua orang bersatu, semua percaya. Mungkin begitulah rasanya jika dua orang yang pernah berpisah akhirnya bisa saling memaafkan.

Aku ingin menjadi seperti suporter Indonesia, yang tak pernah berhenti berharap meski peluang tipis untuk menang, yang terus menyanyikan lagu cinta bagi negaranya meskipun badai menghadang. Kalau mereka bisa tetap bernyanyi meski tertinggal, aku pun bisa tetap mencintai meski tak dibalas, karena cinta yang tulus tidak bergantung pada hasil, tapi pada keberanian untuk tetap setia, dan melambungkan doa-doa baik tuk kebahagiaanmu.

Dan kalau nanti Indonesia benar-benar lolos ke babak berikutnya atau Piala Dunia 2026, aku akan menulis lagi tentang bagaimana cinta dan sepak bola punya tujuan yang sama, membuat kita tak berhenti berharap, dan mengulang doa untuk satu harapan yang sama, menunggu tanpa menganggu.

Menjaga Asa di Bulan Oktober

Oktober ini terasa hangat. Dua laga besar menanti, dua kesempatan untuk merayakan semangat, dan mungkin satu kesempatan kecil untuk mengucapkan, "Hai, apa kabar?" atau "Kamu baik-baik saja kan?" dengan harapan dia menjawab, dan percakapan yang terputus bisa kembali bersambung.

Aku tak tahu apakah kamu masih membaca tulisanku, tapi jika iya, semoga kamu tahu, bahwa di setiap sorak "Garuda di Dadaku", ada juga bisikan kecil yang menyebut namamu. Aku tak lagi menunggu, tapi aku juga tak pernah berhenti mendoakan.

Karena cinta yang matang bukan tentang memiliki, melainkan tentang mengingat dengan tenang. Sama seperti suporter yang tetap bangga pada negaranya, bahkan setelah peluit akhir berbunyi.

Jadi, kalau nanti ada yang bertanya, "Apa rencanamu di tanggal 9 dan 12 Oktober?"

Aku akan menjawab, "Menonton Indonesia bermain, dan mungkin menanyakan kabar seseorang yang masih aku doakan diam-diam." Karena yang kutahu, mencintai paling sabar adalah menunggu, dan bahasa paling indah adalah mendoakan.

Menang atau kalah, aku akan tetap mencintai, baik Timnas Indonesia, maupun kenangan yang membuatku lebih manusiawi. Karena pada akhirnya, cinta dan sepak bola sama-sama mengajarkan hal yang sama: jangan pernah berhenti percaya.

Dan kalau kamu sempat membaca tulisan ini, cukup satu hal yang ingin kusampaikan:

Aku akan menanyakan kabar tentangmu, mencintaimu tanpa ragu, dan mengenangmu dalam setiap gemuruh kemenangan Garuda.

Ditulis menjelang dua laga Indonesia di bulan Oktober, sambil menunggu bukan hanya hasil pertandingan, tapi juga pesan singkat yang tak kunjung datang.

Paji Hajju 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun