Karena cinta yang matang bukan tentang memiliki, melainkan tentang mengingat dengan tenang. Sama seperti suporter yang tetap bangga pada negaranya, bahkan setelah peluit akhir berbunyi.
Jadi, kalau nanti ada yang bertanya, "Apa rencanamu di tanggal 9 dan 12 Oktober?"
Aku akan menjawab, "Menonton Indonesia bermain, dan mungkin menanyakan kabar seseorang yang masih aku doakan diam-diam." Karena yang kutahu, mencintai paling sabar adalah menunggu, dan bahasa paling indah adalah mendoakan.
Menang atau kalah, aku akan tetap mencintai, baik Timnas Indonesia, maupun kenangan yang membuatku lebih manusiawi. Karena pada akhirnya, cinta dan sepak bola sama-sama mengajarkan hal yang sama: jangan pernah berhenti percaya.
Dan kalau kamu sempat membaca tulisan ini, cukup satu hal yang ingin kusampaikan:
Aku akan menanyakan kabar tentangmu, mencintaimu tanpa ragu, dan mengenangmu dalam setiap gemuruh kemenangan Garuda.
Ditulis menjelang dua laga Indonesia di bulan Oktober, sambil menunggu bukan hanya hasil pertandingan, tapi juga pesan singkat yang tak kunjung datang.
Paji HajjuÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI