Jika Indonesia Menang di Tanggal 9 Oktober
Kalau Indonesia menang di laga pertama menghadapi Arab Saudi, aku tahu apa yang akan kulakukan. Aku akan berteriak sekeras mungkin, bukan hanya karena Garuda unggul, tapi karena di dalam hatiku, aku juga merasa menang melawan rindu. Setelah semua yang terjadi, aku sadar bahwa aku sudah melawan cemburu, akankah aku menang juga saat melawan rasa rindu?
Mungkin setelah peluit panjang, aku akan menulis status konyol:
"Kemenangan ini untuk kamu, yang kabarnya masih ingin kutahu, tapi belum sempat kutanyakan."
Sedikit dramatis memang, tapi begitulah cinta. Kadang lebih banyak disalurkan lewat kalimat yang tak sempat dikirim. Kalau malam itu kamu membaca dan memberi tanda hati, itu sudah cukup.
Tapi kalau tidak, aku akan pura-pura sibuk membaca statistik pertandingan. Karena seperti halnya Timnas yang terus maju dengan gigih, aku juga sedang berusaha untuk tetap tabah dan tidak  mudah menyerah.
Kalau Indonesia Bermain Lagi di 12 Oktober
Laga kedua saat menghadap Irak akan jadi ujian, baik untuk Timnas maupun untuk hatiku. Kalau Indonesia kembali menang, aku mungkin akan menulis artikel berjudul "Dua Kemenangan, Dua Kenangan."Â Tapi kalau kalah, aku akan tetap menuliskan rinduku padamu, karena dari kekalahan kita belajar arti kesetiaan, dan dari tiap-tiap bait yang aku tulis, aku berharap kamu merasakannya juga.
Aku akan menatap layar televisi, mengingat lagi bagaimana caramu bersorak dulu, lalu tersenyum kecil. "Aku akan terus menanyakan kabarmu," bisikku dalam hati, "meski kamu mungkin sudah tidak ingin tahu tentang kabarku lagi."
Dan saat lagu Indonesia Raya berkumandang sebelum kick-off, aku akan berdiri tegak. Karena cinta dalam bentuk apa pun, pada negeri, pada seseorang, atau pada kenangan, selalu layak diberi penghormatan. Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas?
Jika Indonesia Kalah Sekalipun