Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuncup Luka dan Kumbang Jantan

21 April 2024   12:39 Diperbarui: 21 April 2024   12:44 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah 'Kumbang Jantan' berani terbang menuju taman bunga di Kota Raja?" ucap gadis itu tanpa melihat ke arahku maupun ke arah adikku. Saat itu kami berdua menemui gadis itu di teras rumah.

"Tergantung cuaca dan kondisi sayap," tuturku pelan.

Sesaat Abdul Rahman hanya membisu. Kemudian ia mulai memahami apa yang sedang terjadi. Setelah berdehem sebentar, ia mengeluarkan suara dengan nada tidak kalah puitisnya.

"Cerita Arya Dwipangga dan Arya Kamandanu, mungkinkah akan terulang lagi?"

Aku kaget. Ternyata adikku sudah dapat mengetahui apa yang sedang terjadi. Apa yang aku lakukan. Cerita Arya Dwipangga dan Arya Kamandanu yang semula berupa  sandiwara radio kemudian dibuat film layar lebar dan sinetron. Pedang Naga Puspa merupakan salah satu judul film itu. Kedua tokoh kakak beradik itu berseteru gara-gara memperebutkan seorang gadis. Ceritanya cukup panjang dibalut kisah sejarah di masa lampau di Pulau Jawa.

"Syair yang indah dapat mengalahkan pedang yang tajam dan kekuatan fisik," ucapku membanggakan diri.

Tidak berapa lama gadis itu menyampaikan kata-kata lagi dengan tetap tenang.

"Saya bukan Nari Ratih, saya bukan pula Mei Shin," tutur gadis 'Kuncup Luka' itu dengan nada serius.

Aku terperangah lagi. Ternyata gadis itu hafal nama-nama tokoh dalam sandiwara radio, film, dan sinetron dengan tokoh-tokoh yang sangat legendaris. Pada zaman now masih ada remaja yang mau mempelajari kisah klasik yang biasanya hanya disukai kalangan orang tua.

"Sudah, sudah! Saya tidak mau bertele-tele. Tujuan saya membuka lowongan untuk mencari bakat remaja Kalimantan Timur. Saya datang jauh-jauh dari Surabaya untuk bekerja. Bukan main cinta-cintaan," ucap adikku dengan nada suara meninggi.

"Bakat harus disertai rasa. Bukan hanya logika," ucap gadis itu pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun