Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuncup Luka dan Kumbang Jantan

21 April 2024   12:39 Diperbarui: 21 April 2024   12:44 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Supaya lebih dekat dengan ruang dapur. Saya, khan, paling tidak bisa menahan lapar."

Demikian tulisan yang dikirimkan adikku lewat pesan WA setelah ibu mendesak alasan memilih kamar. Sebelumnya aku keberatan karena akan merepotkan. Aku harus angkat-angkat barang pindah kamar.

Untung ayah sangat bijak. Untuk urusan angkat-angkat barang, nanti akan dibantu oleh asisten rumah tangga. Aku tidak perlu banyak keluar keringat untuk memindahkan barang-barangku.

Adaptasi memerlukan waktu. Aku harus dapat melakukan itu. Selama ini kami hanya tinggal bertiga: aku, ayah, dan ibu. Kami sudah saling mengetahui hal-hal yang tidak disukai dan paling disukai. Untuk itu, jarang terjadi perdebatan atau perselisihan paham. Masing-masing menghargai hak dan kewajibannya.

Kehadiran adikku di rumah kami, tentu akan membawa berbagai perubahan. Aku belum mengetahui kebiasaan-kebiasaan adikku. Demikian pula, adikku belum mengetahui kebiasaan-kebiasaanku.

Demi mengenal karakter adikku, rencana untuk mengadakan diskusi dengan teman-teman kampus yang akan menggelar pameran buku, aku batalkan. Aku ingin lebih fokus untuk urusan keluarga kami.

Pulang ke rumah, aku melihat ayah dan ibuku sibuk menata ini dan itu seperti akan menyambut tamu besar. Asisten rumah tangga kami harus bolak-balik mengambil ini itu dan mengeluarkan yang lain dari dalam rumah.

"Ada beberapa hal yang akan ayah sampaikan sebelum Abdul Raman berkumpul bersama kita di rumah ini," tutur ayah sambil menyeka keringat di bagian leher.

Ibu, asisten rumah tangga, dan aku pun mendekati ayah yang sudah duduk di teras rumah. Kami sering berkumpul di teras itu sambil memandangi tanaman bunga yang beraneka jenis. Ibuku sangat suka menanam bunga.

"Adikmu, Abdul Rahman itu sejak umur satu bulan setelah dilahirkan sudah diasuh kakek dan nenekmu di Surabaya," ayah memulai ceritanya sambil memandang ke arahku.

Cerita itu sudah pernah aku dengar dari ibu. Waktu itu ibu merasa kerepotan kalau harus mengurus dua bayi sekaligus. Saran ayah agar mengambil seorang babby sitter ditolak oleh nenek. Akhirnya, neneklah yang merawat adik kembaranku itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun