"Supaya lebih dekat dengan ruang dapur. Saya, khan, paling tidak bisa menahan lapar."
Demikian tulisan yang dikirimkan adikku lewat pesan WA setelah ibu mendesak alasan memilih kamar. Sebelumnya aku keberatan karena akan merepotkan. Aku harus angkat-angkat barang pindah kamar.
Untung ayah sangat bijak. Untuk urusan angkat-angkat barang, nanti akan dibantu oleh asisten rumah tangga. Aku tidak perlu banyak keluar keringat untuk memindahkan barang-barangku.
Adaptasi memerlukan waktu. Aku harus dapat melakukan itu. Selama ini kami hanya tinggal bertiga: aku, ayah, dan ibu. Kami sudah saling mengetahui hal-hal yang tidak disukai dan paling disukai. Untuk itu, jarang terjadi perdebatan atau perselisihan paham. Masing-masing menghargai hak dan kewajibannya.
Kehadiran adikku di rumah kami, tentu akan membawa berbagai perubahan. Aku belum mengetahui kebiasaan-kebiasaan adikku. Demikian pula, adikku belum mengetahui kebiasaan-kebiasaanku.
Demi mengenal karakter adikku, rencana untuk mengadakan diskusi dengan teman-teman kampus yang akan menggelar pameran buku, aku batalkan. Aku ingin lebih fokus untuk urusan keluarga kami.
Pulang ke rumah, aku melihat ayah dan ibuku sibuk menata ini dan itu seperti akan menyambut tamu besar. Asisten rumah tangga kami harus bolak-balik mengambil ini itu dan mengeluarkan yang lain dari dalam rumah.
"Ada beberapa hal yang akan ayah sampaikan sebelum Abdul Raman berkumpul bersama kita di rumah ini," tutur ayah sambil menyeka keringat di bagian leher.
Ibu, asisten rumah tangga, dan aku pun mendekati ayah yang sudah duduk di teras rumah. Kami sering berkumpul di teras itu sambil memandangi tanaman bunga yang beraneka jenis. Ibuku sangat suka menanam bunga.
"Adikmu, Abdul Rahman itu sejak umur satu bulan setelah dilahirkan sudah diasuh kakek dan nenekmu di Surabaya," ayah memulai ceritanya sambil memandang ke arahku.
Cerita itu sudah pernah aku dengar dari ibu. Waktu itu ibu merasa kerepotan kalau harus mengurus dua bayi sekaligus. Saran ayah agar mengambil seorang babby sitter ditolak oleh nenek. Akhirnya, neneklah yang merawat adik kembaranku itu.