Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengantar Puisi

15 Maret 2024   08:08 Diperbarui: 15 Maret 2024   08:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Freepik

Dalam keheningan halaman, di mana kata-kata menunggu, terletak esensi dari sebuah dunia, rumit, penuh hiasan. Sebuah kanvas kosong, sebuah alam yang tak tersentuh oleh waktu, di mana setiap baris, setiap ayat, adalah sebuah pendakian.

Menyelami puisi berarti menari dengan yang tak terlihat, untuk mengungkap misteri, tempat berkumpulnya makna. Bukan sekadar kata-kata yang dirangkai dalam susunan ritmis, tetapi emosi terungkap di siang hari.

Dengan pena di tangan, kita memulai sebuah pencarian, menangkap bisikan-bisikan yang dibenci hati. Kita menyelami kedalaman di mana jiwa menemukan suaranya, di mana rasa sakit bertemu dengan pelipur lara, dan kesedihan bergembira.

Namun, puisi lebih dari sekadar baris-baris pada sebuah gulungan, itu adalah detak jantung umat manusia, inti dari jiwa. Dalam syair-syairnya, kita menemukan penghiburan, kita menemukan kelepasan, tempat perlindungan di mana masalah menemukan kedamaian.

Jadi, marilah kita mendekat dengan hormat dan anggun, setiap bait adalah perjalanan, setiap kata adalah pelukan. Karena di alam puisi, kita menemukan refleksi kita, sebuah cermin kehidupan, dalam kesempurnaannya yang mentah dan tanpa filter.

***
Solo, Jumat, 15 Maret 2024. 8:03 am
Suko Waspodo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun