Dalam bayang-bayang yang dalam, tempat gema berkeliaran, melodi, jiwa yang memudar. Berbisik pelan, tersesat dalam waktu, sebuah simfoni sajak kesedihan.
Melalui ruang hampa dan udara sunyi, ia melayang sendirian, tanpa peduli. Nadanya, seperti air mata, mengalir dan jatuh, dalam alur yang menghantui, ia menceritakan segalanya.
Setiap akord mendesah, masing-masing menahan permohonan, untuk menemukan hiburan, untuk bebas. Namun rantai kesedihan mengikat, hati yang lelah ini, pikiran yang gelisah ini.
Oh, betapa rindunya menemukan pelepasan, agar melodinya akhirnya berhenti. Namun tetap saja lagu itu diputar, sebuah lagu sedih, sebuah syarat untuk mimpi yang salah.
Dalam genggaman senja, ia memudar, seruan sunyi, di penghujung hari. Namun ketika hal itu tidak ada, bisikan tetap ada, gema dari refrain jiwa.
Jadi dengarkan baik-baik, di saat tenang, untuk melodi kekuatan yang memudar. Karena dalam kesedihan mereka, kebenaran terungkap, kisah abadi tentang jiwa-jiwa yang tak terhitung.
***
Solo, Senin, 26 Februari 2024. 9:05 pm
Suko Waspodo