Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bayang-bayang Api di Atas Singgasana Majapahit

18 Oktober 2025   09:39 Diperbarui: 20 Oktober 2025   07:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Fajar ketiga sejak mereka berangkat, pasukan kecil itu tiba di hutan timur Kutaraja.
Dari balik semak, mereka melihat menara istana menjulang tinggi. Megah tapi muram, dijaga ratusan prajurit Ra Kuti.
Di dalam istana, sang pengkhianat duduk di singgasana, mengenakan baju kebesaran raja.

“Ia bahkan meniru cara duduk Paduka,” ujar seorang prajurit muda dengan geram.
“Biarkan ia duduk di sana satu malam lagi,” jawab Mada tenang. “Besok pagi, di singgasana itu akan menggenang darah pengkhianat.”

Malam itu mereka berembuk di bawah pohon besar. Mada membagi pasukan menjadi tiga bagian. Kelompok pertama menyerang gerbang timur dengan panah api. Kelompok kedua menembus benteng selatan melalui saluran air kuno. Dan kelompok ketiga, yang ia pimpin sendiri, akan menerobos pendapa utama dan menghadapi Ra Kuti langsung.

“Kita tidak berperang untuk membunuh,” katanya lirih. “Kita berperang untuk membersihkan.”

Serangan Fajar

Fajar merekah merah darah. Burung-burung terbang ketakutan. Dan tiba-tiba, Letupan panah api menembus langit!
Benteng timur terbakar, dan suara terompet perang menggema dari lembah.

Ra Kuti terkejut. Ia berlari ke pendapa.

“Siapa berani menyerangku pagi-pagi begini!?”
“Bukan serangan, Gusti,” jawab seorang pengawal gugup. “Tapi kebangkitan Majapahit!”

Pasukan Gajah Mada menerobos gerbang utama. Debu dan asap menyelimuti halaman.
Keris beradu, tombak menari, teriakan bercampur doa.
Namun di tengah kekacauan itu, langkah Cajah Mada tetap tenang. Satu-satu, menuju singgasana tempat Ra Kuti berdiri.

 

Pertarungan di Balairung Wilwatikta

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun