Tak lama lagi kita akan menghadapi musim Pemilu. Pada Pemilu 2024 nanti, besar harapan kita siapapun nanti yang akan terpilih  sebagai presiden Indonesia, bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi.Â
Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, untuk menentukan pemimpin harus melalui pemilihan umum (Pemilu). Pemilu adalah sistem yang  ditempuh untuk menentukan atau menjadikan seorang pemimpin.
Hingga saat ini pemilu menjadi cara yang paling baik dan dinilai demokratis dalam menentukan seorang pemimpin dari jabatan legislatif hingga eksekutif. Meski demikian dalam Pemilu ada kelemahannya, contoh sulitnya  mendapstkan pemimpin yang berkualitas.Â
Dalam sistem demokrasi, pemimpin berkualitas itu ditentukan oleh pemilih yang cerdas. Sedangkan, kita tahu baik pemilih cerdas maupun pemilih yang tidak cerdas jumlah hak suaranya itu sama yaitu satu.
Nah, Itulah menurut saya yang menjadi kelemahan  dalam sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi yang terpenting adalah hak memilih, maka untuk mencalonkan  menjadi seorang pemimpin, cerdas saja tidak cukup, tapi ia juga harus memiliki uang yang banyak.Â
Umpamanya seseorang itu berpendidikan dan berpengalaman tapi ia tidak memiliki uang, maka kecil kemungkinan untuk bisa terpilih. Jadi selain ia cerdas, ia juga harus memiliki uang  yang cukup. Apalagi kita tahu bahwa cerdas itu relatif dan dalam Pemilu hal itu tidaklah menjadi syarat utama.
Bagaimana jika calon yang secara intelektual biasa saja tapi punya uang banyak untuk mencalonkan. Itu dikembalikan kepada kita yang memilih, apakah kita akan memilih orang yang memberikan uang kepada kita atau kita akan memberikan suara kita kepada orang yang kita percaya yang dianggap oleh kita berkualitas meski kita tidak diberi apa-apa.
Saya rasa sangat jarang masyarakat memilih karena murni melihat kualitas pada calon yang dipilihnya. Â Faktanya masyarakat Indonesia selalu berpikir jangka pendek, dan pragmatis. Belum lagi masyarakat yang sudah sering dibohongi oleh janji politik akan lebih mudah menggunakan hak pilihnga demi uang.
Terlepas dari hal itu, apa yang harus kita pertimbangkan, jika kita benar-benar menginginkan pemimpin yang berkualitas dalam arti pemimpin yang ideal. Indikator pemimpin ideal itu katakanlah mengacu pada pemimpin yang dicontohkan Rosulullah SAW seperti sidiq, tablig, amanah dan fatonah.Â
Rekam Jejak Calon
Menurut saya salah satu hal yang harus diperhatikan dalam memilih seorang pemimpin adalah rekam jejaknya (track record). Rekam jejak calon adalah salah satu alasan kenapa kita harus memilihnya. Kita harus mendapatkan banyak alasan dari si calon kenapa kita harus memilih beliau.
Umpamanya, salah satu yang menjadi calon Presiden Republik Indonesia adalah Anies Baswedan, logika dalam demokrasi adalah pemimpin berkualitas dipilih oleh rakyat berkualitas, maka kita harus mencari tau alasan kenapa harus memilih Anies.Â
Kita mencari tahu tentang Anies, mencari tahu siapa Anies, mulai dari identitas pribadinya hingga track record-nya. Tanyakan pada diri kita, benarkah kita ingin memiliki pemimpin yang berkualitas? Jika benar, kenapa kita harus memilih hanya karena ia telah memberikan sejumlah uang kepada kita.Â
Apakah kita akan mempertaruhkan masa depan kita dengan 10 ribu atau 20 ribu uang yang kita dapatkan saat kampanye pomitik mereka, sedangkan tak sampai hitungan menit uang itu sudah habis, kecuali jika tidak dipakai. Pikirkan sekali lagi ini negara, setiap kebijakan yang keluar nanti akan menentukan masa depan kita saat ini dan masa yang akan datang.Â
Kita simpulkan, bahwa tak cukup hanya dalil popularitas dan elektabilitas saja yang kini menghegemoni persepsi publik sebagai alasan utama dalam menyeleksi dan memilih pemimpin. Oleh karena itu, bagi saya rekam jejak harus dijadikan landasan sebagai bahan pertimbangan. Artinya penting bagi publik dalam menyeleksi dan memilih pemimpin, diantarnaya dengan cara membaca ulang track record calon.