Mohon tunggu...
wacana_rakyat
wacana_rakyat Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rekam Jejak, Cara Cerdas Memilih Pemimpin yang Berkualitas

18 Agustus 2022   00:16 Diperbarui: 18 Agustus 2022   00:20 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/sumber gambar: kompas.com

Tak lama lagi kita akan menghadapi musim Pemilu. Pada Pemilu 2024 nanti, besar harapan kita siapapun nanti yang akan terpilih  sebagai presiden Indonesia, bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi. 

Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, untuk menentukan pemimpin harus melalui pemilihan umum (Pemilu). Pemilu adalah sistem yang  ditempuh untuk menentukan atau menjadikan seorang pemimpin.

Hingga saat ini pemilu menjadi cara yang paling baik dan dinilai demokratis dalam menentukan seorang pemimpin dari jabatan legislatif hingga eksekutif. Meski demikian dalam Pemilu ada kelemahannya, contoh sulitnya  mendapstkan pemimpin yang berkualitas. 

Dalam sistem demokrasi, pemimpin berkualitas itu ditentukan oleh pemilih yang cerdas. Sedangkan, kita tahu baik pemilih cerdas maupun pemilih yang tidak cerdas jumlah hak suaranya itu sama yaitu satu.

Nah, Itulah menurut saya yang menjadi kelemahan  dalam sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi yang terpenting adalah hak memilih, maka untuk mencalonkan  menjadi seorang pemimpin, cerdas saja tidak cukup, tapi ia juga harus memiliki uang yang banyak. 

Umpamanya seseorang itu berpendidikan dan berpengalaman tapi ia tidak memiliki uang, maka kecil kemungkinan untuk bisa terpilih. Jadi selain ia cerdas, ia juga harus memiliki uang  yang cukup. Apalagi kita tahu bahwa cerdas itu relatif dan dalam Pemilu hal itu tidaklah menjadi syarat utama.

Bagaimana jika calon yang secara intelektual biasa saja tapi punya uang banyak untuk mencalonkan. Itu dikembalikan kepada kita yang memilih, apakah kita akan memilih orang yang memberikan uang kepada kita atau kita akan memberikan suara kita kepada orang yang kita percaya yang dianggap oleh kita berkualitas meski kita tidak diberi apa-apa.

Saya rasa sangat jarang masyarakat memilih karena murni melihat kualitas pada calon yang dipilihnya.  Faktanya masyarakat Indonesia selalu berpikir jangka pendek, dan pragmatis. Belum lagi masyarakat yang sudah sering dibohongi oleh janji politik akan lebih mudah menggunakan hak pilihnga demi uang.

Terlepas dari hal itu, apa yang harus kita pertimbangkan, jika kita benar-benar menginginkan pemimpin yang berkualitas dalam arti pemimpin yang ideal. Indikator pemimpin ideal itu katakanlah mengacu pada pemimpin yang dicontohkan Rosulullah SAW seperti sidiq, tablig, amanah dan fatonah. 

Rekam Jejak Calon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun