Mohon tunggu...
Sri Handoko Sakti
Sri Handoko Sakti Mohon Tunggu... DOSEN

HOBY MUSIC, MEMBACA , HIKING

Selanjutnya

Tutup

Horor

Seial Rumah Sakit Episode 15 : Suara yang tersandera Kematian

27 September 2025   11:40 Diperbarui: 27 September 2025   11:40 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 04.00 pagi, lorong menuju ruang jenazah terasa seperti terowongan menuju neraka. Lampu neon berdengung keras, sesekali berkedip, memantulkan bayangan mereka yang memanjang dan mengerikan di dinding keramik yang dingin. Bau desinfektan tidak bisa menutupi aroma dasar kematian yang menyengat---campuran formalin dan pembusukan yang samar.

"Beneran, Kamu yakin tentang ini, Sofie?" bisik Dr. Hendri, kunci bergemerincing di tangannya yang gemetar."Tidak," jawab Sofie singkat, napasnya membentuk kabut putih di udara yang dingin. "Tapi dia meminta."

Pintu baja berat itu terbuka dengan erangan berdebam. Ruang jenazah lebih dingin dari yang bisa dibayangkan. Tiga peti jenazah berjajar berurutan nomor 1, 2, dan 3. Peti nomor 3 terlihat paling tua, kayunya gelap dan lapuk, berbeda dengan yang lain.

Akhirnya dengan usaha yang keras, mereka membuka tutup peti itu. Yang ada di dalamnya bukanlah jenazah. Isinya ternyata adalah sebuah koper dokumen tua berwarna hitam ke coklat coklatan, kulitnya retak-retak, tergeletak di balik kain mori yang sudah menguning. Sofie mengangkatnya dengan hati-hati. Saat koper itu terbuka, debu beterbangan, membuat mereka batuk.

Setelah dibuka, isinya adalah beberapa kumpulan dokumen penting yang menjadi bukti bisu kejahatan puluhan tahun, antara lain :

  • Buku catatan lab kuno yang berisi rekaman perubahan hasil diagnosa, ditulis dengan tinta yang sudah memudar. "Kanker stadium 2" diubah menjadi "tumor jinak" untuk pasien yang tidak disukai. "Overdosis insulin" untuk Bu Sumiati, dengan coretan "kecelakaan" di sampingnya.
  • Laporan keuangan palsu mengenau rincian mark-up obat-obatan dan alat medis yang mencapai miliaran.
  • Yang paling mengerikan adalah sebuah daftar nama di buku agenda kulit hitam. Judulnya: "PENYESUAIAN BEBAN FINANSIAL". Daftar itu berisi nama-nama pasien tidak mampu dengan penyakit kronis, disusun berdasarkan "tingkat kerugian" yang ditimbulkan bagi rumah sakit. Di kolom "Tindakan", tertulis kata-kata yang membuat darah Sofie membeku: "Minimalisir perawatan," "Alihkan diagnosa," "Beri penenang tinggi."

Dan di halaman terakhir, baru ditambahkan dengan tinta merah menyala, tercantum nama: HERLINA. Disusul dengan: "Pneumonia berat. Keluarga tidak mampu. Lakukan 'protokol hemat' prioritas tinggi."

Sofie hampir menjatuhkan dokumen itu. "Protokol hemat...?" bisiknya, suara tercekat. "Mereka... mereka sengaja membiarkannya mati?"

Dr. Hendri diam, wajahnya pucat pasi. Tangannya menggenggam erat selembar foto lama yang ikut terselip. Foto itu menunjukkan Dr. Yunan yang masih muda, berdiri di depan rumah sakit ini bersama seorang petinggi, sambil tersenyum lebar---di latar belakang, terlihat petugas membawa tandu berisi tubuh yang diselimuti kain putih.

"Selama ini..." desis Dr. Hendri, suaranya bergetar campur amarah dan ngeri. "Kematian Bu Sumiati... Herlina... Ini bukan kesalahan. Ini... pembunuhan sistematis."

Tiba-tiba, lampu di ruang jenazah padam. Hanya senter ponsel mereka yang menerangi kegelapan. Dari peti jenazah nomor 1 dan 2, terdengar suara gesekan pelan, seperti kuku menjalar di kayu.

"Kita harus pergi," kata Sofie, suaranya berbisik ketakutan. "Sekarang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun