Mohon tunggu...
Sofyan Utiarahman
Sofyan Utiarahman Mohon Tunggu... Master Trainer MGPBE, Fasilitator, Narasumber Kependidikan, Motivator, Instruktur Nasional, Penulis Pemula

Sofyan Utiarahman. Pecinta aksara. Peselancar Media. Menulis dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Elegi Untuk Ojol Yang Terlindas, Afan Kurniawan

30 Agustus 2025   14:35 Diperbarui: 30 Agustus 2025   14:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi Afan Kurniawan. (Sumber:Desain Dokpri).

Ketika Hati Rakyat Dilukai

(Elegi untuk Sang Ojol)

Karya Opan Semesta

Di malam yang seharusnya sunyi, suara sirine menggantikan nyanyian bumi. Affan, pemuda 21 tahun yang mengais rezeki, tak pernah tahu bahwa pesanan terakhirnya adalah takdir yang menanti. Ia bukan demonstran, bukan provokator, hanya anak bangsa yang mencari nasi. Tapi roda besi melaju tanpa nurani, melindas harapan yang belum sempat berdiri.

Di kontrakan sempit yang ia huni, tangis ibunda menggema tanpa henti. "Anakku sudah enggak ada, Pak," lirihnya, menembus dinding-dinding negeri. Affan adalah tulang punggung, bukan ancaman bagi stabilisasi. Ia adalah simbol jutaan pekerja yang hidup dalam sunyi, namun dilupakan dalam strategi.

Ratusan jaket hijau mengiringi jenazahnya ke bumi, bukan sekadar konvoi, tapi pernyataan solidaritas yang hakiki. Mereka tak membawa senjata, hanya doa dan simpati. Di jalanan, mereka bersaksi: bahwa nyawa rakyat tak boleh dibeli. Bahwa keselamatan sipil bukan opsi, tapi janji konstitusi yang harus ditepati.

Di ruang kekuasaan, pernyataan maaf bergulir seperti formalitas diplomasi. Tujuh anggota Brimob diperiksa, tapi luka rakyat tak sembuh dengan prosedur birokrasi. Presiden pun bersuara, menjanjikan jaminan bagi keluarga yang ditinggal pergi. Tapi apakah janji itu cukup mengganti nyawa yang telah mati?

Affan kini abadi dalam memori, bukan sebagai korban, tapi sebagai api. Api yang membakar kesadaran, bahwa negara harus berdiri di sisi empati. Ia bukan statistik, bukan berita yang cepat basi. Ia adalah puisi yang lahir dari tragedi, agar tak ada lagi rakyat yang dilindas demi stabilisasi.

#SuaraRakyatMengguncangNegeri

#Disudutpertiwi

#Medi300825

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun