Mohon tunggu...
Sultoni
Sultoni Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Politik dan Kebijakan Publik AMATIRAN yang Suka Bola dan Traveling

Penulis lepas yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik, kebijakan publik, bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Identitas: Cara Culas Mendulang Elektabilitas

5 Oktober 2022   22:10 Diperbarui: 6 Oktober 2022   00:23 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : eposdigi.com

"Politik Identitas adalah sebuah aktivitas politik yang menggunakan perbedaan identitas sosial dimasyarakat seperti agama, suku, ras, atau golongan untuk mencapai suatu tujuan politik tertentu."

Dalam setiap perhelatan pemilihan umum, salah satu isu yang paling laku dijual dan rawan dimainkan untuk menyerang lawan politik adalah isu yang berkaitan dengan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Dalam perspektif politik, penggunaan isu SARA untuk kepentingan politik ini sering disebut dengan istilah politik identitas.

Penggunaan isu SARA untuk kepentingan politik biasanya dibumbui dengan penyebaran informasi palsu atau hoax dengan tujuan untuk membunuh karakter lawan politik. Dalam istilah kepemiluan, prilaku penyebaran informasi palsu atau hoax yang bertujuan menyerang lawan politik ini disebut Black Campaign.

Sebagai bangsa yang plural, perbedaan keyakinan atau agama, suku, ras, warna kulit, organisasi politik, asal daerah dan seterusnya memang sangat mudah digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk membenturkan antar pemilih demi mendulang suara dalam pemilu.

Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana permainan isu SARA atau politik identitas ini sangat marak terjadi dalam perhelatan Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 yang mempertemukan Anies Baswedan vs Basuki Cahaya Purnama alias  Ahok dan Pilpres 2019 yang mempertemukan Jokowidodo vs Prabowo Subianto.

Isu-isu sensitif seperti anak PKI, capres boneka, keturunan tionghoa, penista agama, anak haram, surat nikah palsu dan isu hoax lainya bertebaran di jagad sosial media menghiasi gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019.

Mengapa dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 marak terjadi penggunaan isu-isu SARA dan politik identitas?

Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi :

Pertama, hanya ada dua pasangan calon yang bertarung.

Head to head antara Anies vs Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Jokowi vs Prabowo di Pilpres 2019 adalah penyebab utama mengapa penggunaan isu SARA dan politik identitas marak terjadi pada saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun