"Heh nggak usah melenceng lagi deh, lurusin dulu persoalan. Nang emang lagi ngaco akui itu. Minumnya dimana sama siapa, mabuknya sama diriku. Oya Nang, kalau pipi itu jatahnya cium, kecup itu di bibir atau di kening, kalau Nang lupa ya di bathuk gitu yang biasa orang kecup. Nung dipeluk, dirangkul juga mau kalau sudah dekat. Eh maksudnya kalau sudah sah," tandasnya. "Nang sayang, ini salah satu kecil ngaconya kamu. Besarnya Nang curiga kan, sangka Nung ada owok lain?" desaknya.
"Ah nggak seruwet itu kali sayang?" elaknya.
"Emang Nang yang maunya barang lurus di ruwet-ruwetin kok. Tali layangan yang lurus itu kembali ditarik dengan rapi ke kaleng atau tempat semestinya, tetap rapi tidak dikusutin. Sudah deh fokus, kuisku benar nggak?" Nung gantian mendesak.
"Ya benar 100 deh pontennya," jawab Nang.
"Benar apanya?"
"Ya benar bingit, emang yang Nang maksud begitu!"
"Ada cowok lain gitu?" tegas Salina.
 "Emang ada?" tegas Nanang.
"Nggaaak!" teriaknya geram.
"Ya sudah semoga benar."
"Lho kok semoga benar, berarti masih ragu dong?"