Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Noda Hitam di Secangkir Kopi Putih

17 November 2020   22:31 Diperbarui: 17 November 2020   22:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via DetikHealth.com

Romantika hubungan jarak jauh atau Long distance relationship (LDR) kadang mendatangkan sentimental meski tak jelas arahnya. Tetapi itu sebuah bumbu dari menu, sehingga rasa cinta selalu sedap dalam hidangan.

Mereka saling mengaku dewasa dan tidak ada gangguan nafas. Tetap saja jika paru-paru cintanya menangkap asap mengelepar. Tidak hanya itu jantungnya pun mendidih saat telinganya tersentil kabar burung tentang kesetiaan yang ternoda dan menyebakan harmonisasinya terganggu. Hanya tersisa darah yang mengalir di nadi, itu pun suhunya di luar normal.

"Kalau mas tidak percaya ya wajar saja emang hubungan kita faktanya jarak jauh. Tapi kita kan bisa saling bercakap setiap saat dan kapan pun kita mau. Apa tidak cukup untuk saling menjaga kepercayaan," kata Nunung meyakinkan Nanang yang mendadak jantungan terhadap hubungannya dengan Salinawati.

Siang itu Dewanto merasa perlu kontrol dari yang selama ini hampir tidak ada masalah dalam LDR. Tetapi persoalan sepele bisa meruncing seketika. Misal muncul dari layar HP-nya yang tertulis online, tetapi untuk membalas chatingnya sangat lambat mencapai 10 menitan. "Nunung lagi ngobrol sama siapa to?" desaknya bernada emosi.

"Hai Nanang, maaf agak telat," jawabnya bernada gugup. "Lagi chat sama Ibu Nang, biasa ibu katanya kangen," jelasnya.

"Ibu apa anaknya ibu?" tanya Nanang lagi.

"Hmm pertanyaan tendensius nih?"

"Emang tahu maksudnya?" kejar Nanang.

"Lah kita kan sama-sama mahluk kolam literasi pasti sensitif jika ada getaran kalimat yang Nang cemplungkan ke kolam, rasanya hati Nung agak aneh."

"Ah gayamu saja yang memelihara sensitivitas."

"Nggak pasti yang, tapi memang ada hal aneh kok. Apa perlu Nung tebak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun