Â
 "Mamang bercanda, ya? Anak jin dan manusia hasilnya buaya putih?" tanyaku sembari memutar bola mataku.Â
Â
 "Neng Ima, tak percaya perkataan Mamang? Jika Mamang memanggil namanya, Neng Urip, sembari menepuk air Sungai Cisadane, buaya putih akan datang menghampiri."
Â
 "Hap! Lalu, ia menggigit lengan Mamang."
Â
 Mang Rakay terkekeh. "Hush! Tak boleh berkata seperti itu. Nanti kualat. Siapa tahu ia mendatangi Neng Ima dalam mimpi." Mang Rakay menggigit sedikit pisang gorengnya yang masih mengepul panas. Ia menelan cemilan tersebut, dan kemudian berkata, "Jika Mamang memanggilnya, Neng Urip selalu minta dielus kepalanya."
Â
 Aku merengut. "Aneh sekali legenda buaya putihnya."
Â