Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rumah Berbisik: 16. Harta Karun Palsu

1 September 2025   18:18 Diperbarui: 1 September 2025   15:32 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya: Rumah Berbisik: 15. Pesta Ulang Tahun Putra Wali Kota

Istri Wali Kota, Bu Arini Mulyono, menatap gelang memberikan Gita dengan mata berkaca-kaca.

"Gelang itu dicuri beberapa waktu lalu. Aku pikir aku tidak akan pernah melihatnya lagi," katanya. "Joko adalah satu-satunya orang di rumah hari itu. Dia tidak melihat siapa pun, dan kami tahu itu bukan dia. Dia telah bekerja untuk kami selama bertahun-tahun," lanjutnya.

Sakti tiba-tiba teringat catatan yang ditemukan Gita di rumah tua itu. "Siapa nama lengkap Joko?" tanyanya, berusaha untuk tidak terdengar mencurigakan. Bu Arini, yang masih menatap gelangnya, menjawab, "Joko Wardono."

Dia kemudian menambahkan, "Dia baru saja berhenti, beberapa hari setelah pedagang itu menghilang. Setelah kami mengkonfrontasinya tentang gelang itu, dia mengundurkan diri. Ada yang bilang dia ada terlibat dengan serentetan perampokan yang terjadi sejak saat itu. Aku tidak percaya. Dia baik hati," simpul Bu Arini.

Gita menatap Sakti dengan mata terbelalak, menyadari pentingnya catatan itu, yang jelas ditujukan kepada 'Tuan J.W.' --- itu pasti Joko Wardono!

Gita menoleh ke Bu Arini. "Bu, siapa badut hari ini di pesta Kesang?" tanyanya lembut.

Bu Arini berdiri. "Oh, itu dia, Joko. Dia tukang serba bisa, melakukan pekerjaan sambilan untuk semua orang di kota. Dia bukan badut yang bagus, harus aku akui, tetapi aku merasa kasihan."

Dia mengambil beberapa permen dari stoples dan memberikannya kepada anak-anak. "Aku akan membayar kalian untuk mengembalikan gelang ini kalau kalian tidak menyetujui bahwa kalian tidak menginginkan uang."

Suara gemeretak kertas saat anak-anak membuka permen lezat itu menutupi kata-kata mereka ketika mereka menggumamkan terima kasih dan kemudian meninggalkan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun