Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke wiryawansisca@gmail.com yang ingin dianalisis laporan keuangan, dll e-mail saja bahan2nya.dah biasa kerja remote. trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri Rumah Gadai, Bab 7 (Halimun Salak)

6 Mei 2025   12:25 Diperbarui: 6 Mei 2025   11:39 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lereng Gunung Salak. Sumber: dokumen pribadi.

 

 Jam 7 pagi aku dan Ibu menaiki lereng Gunung Halimun Salak yang terjal dengan penuh semangat. Udara pagi sangat segar. Kristal embun yang menggantung di dedaunan berkilauan di bawah sinar mentari. 

 

 Lewat jam 10 pagi aku merasa sesak napas jika berjalan kaki. Cuaca ekstrim membuat sinar matahari lebih terik dari biasanya. Udara panas menyebabkan debu lebih beterbangan dan menyiksa paru-paruku. Menurut peneliti lingkungan, ozon berlubang karena pencemaran udara sehingga menyebabkan pemanasan global. Bumi sedang tak baik-baik saja! 

 

 Oleh karena Jabodetabek terkena masalah polusi udara, pemerintah menerapkan larangan membakar sampah sembarangan. Sampah daun atau limbah sayuran seharusnya dikubur. Sedangkan sampah anorganik sebaiknya didaur ulang. Sudah banyak penganut lingkungan hijau yang mendaur ulang sampah anorganik menjadi batu bata, paving block, pot tanaman, atau pun tas belanja. Karena terpencilnya area ini dan keterbatasan akses informasi, masih banyak warga yang membakar sampah daun kering, terutama saat sore hari. Mataku sering pedih karenanya.

 

"Hebat benar Umi (panggilan untuk ibu) masih kuat menaiki lereng gunung. Saya sudah tidak kuat berjalan jauh. Jika jongkok, kemudian berdiri pun saya seperti melakukan gerakan dangdut patah-patah. Pinggang saya langsung menjerit. Ibu sangat sehat walaupun sudah setengah baya," puji Bu Iroh, tetangga yang berjualan bakso mercon. Ia memandang iri pada kedua kaki Ibu yang masih kuat berjalan kaki. Ibu yang aktif memang tak pernah memanjakan tubuhnya dengan bermalas-malasan. 

 

 "Mereka berdua tak pernah memesan ojek," bisik seorang pengemudi ojek pengkolan pada rekannya di saung (rumah khas Sunda) kecil, tempat mangkalnya ojek. Para pengemudi ojek pengkolan memandang sedih pada kami berdua yang tak pernah menggunakan jasa mereka. Bukannya pelit, tapi uang kami memang sekering Gurun Sahara. Jasa ojek pengkolan sebesar 15 ribu Rupiah. Uang sebanyak itu bisa membeli ayam seperempat kilogram dan sebungkus sayuran sop yang terdiri atas 3 wortel, 1 kentang, sebongkah kol, daun bawang, dan seledri. Sekeluarga bisa kenyang dengan sepanci sup ayam tersebut. Atau, uang tersebut digunakan untuk membeli sebungkus sayur asam dan tempe. Zaman sekarang, kita dituntut untuk mengatur menu sehat semaksimal mungkin dengan budget seminimal mungkin. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun