Â
Dika terjerembab ketika melarikan diri. Karena terlampau takut, ia pun meninggalkan jemurannya begitu saja. Biar Bapak saja yang mengangkatnya. Bapak kan sudah terbukti disukai kunti. Tentu tuyul pun menyukai Bapak. Jangan kejar diriku yang imut ini, pikir Dika egois.
Â
Ibu pun hampir terpelanting dan menjatuhkan setumpukan piring yang dibawanya akibat Dika yang berlari pontang-panting seperti kebakaran jenggot. "Dika, kau ini mengapa berlarian seperti lihat hantu saja? Tadi juga samar-samar Ibu dengar teriakanmu."
Â
Dika mengatur napasnya dengan susah payahnya. "TU...TU...TU..."
Â
"Tutut (keong sawah)? Kau melihat tutut?"
Â
Dika merengut. "Ibu ini bagaimana? Bukan tutut, tapi TUYUL!"
Â