Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor

Mukbang Horor

11 November 2023   22:43 Diperbarui: 11 November 2023   22:46 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Dibutuhkan segera:

Youtuber mukbang
Syarat:
Pria usia max 30 tahun.
Berpenampilan menarik.
Memahami basic video editing dan media social communication.
Posting video 4 kali seminggu.
Benefits:
Gaji 3 juta per bulan.
Bonus jika mencapai target views dan subscribers.
Networks and sponsorships.
Jam kerja fleksibel.

Ray membaca iklan lowongan kerja tersebut di sebuah website. Tidak buruk, pikirnya. Ray bisa makan kenyang, tapi menghasilkan uang. Sebagai mahasiswa strata 1 tingkat akhir yang sedang melakukan penelitian, Ray memerlukan tambahan uang. Ia memang memperoleh uang beasiswa, tapi tidak cukup untuk biaya hidup bulanan dan penelitian. Iklan youtuber mukbang ini datang pada saat yang tepat. Dengan bersiul-siul, ia mengirimkan CV-nya melalui e-mail.

***
Seminggu kemudian

 "Ray Ferdinand?" Tanya Pak Brata, talent manager PT Cahaya Sakti.

"Ya, Pak."

 Pak Brata berdehem dan berkata, "Selamat bergabung dengan perusahaan kami. Silakan menandatangani kontrak kerja." Kemudian, ia berbicara melalui telepon, "Bu Tara tolong datang ke ruangan saya."

Pintu terbuka. Seorang perempuan cantik berusia 30 tahun melenggang masuk ruangan dengan penuh percaya diri. Tak seperti yang Ray bayangkan, Bu Tara berpenampilan santai. Ia memakai Tshirt putih polos dan celana panjang denim. Tapi, hal tersebut tak mengurangi pesonanya.

"Bu Tara ini yang akan membimbingmu. Silakan kalian berdiskusi sendiri mengenai konten. Saya akhiri pertemuan ini. Terima kasih."

***

Ray menyukai profesi barunya. Ternyata Bu Tara tidak hanya mengurus masalah konten video, tapi juga segala hal yang mendukung performa penampilan Ray, termasuk mengantar Ray ke gym, salon, butik langganan, dll. Untuk selanjutnya, Ray dibiarkan mandiri. Dan Bu Tara berfokus pada draft konten dengan image Ray, mukbang anak kostan. Pak Sarwo, cameraman yang bertugas merekam video mukbang juga sangat ramah.

Tibalah hari H, launching konten video Ray yang pertama, mukbang mie drakor. Berkat kepiawaian Bu Tara dalam promosi, video mukbang Ray langsung viral. Netizen ingin melihat mahasiswa pintar yang sederhana mukbang mie drakor yang dimasak simple dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh.

Konten-konten selanjutnya seperti mukbang nasi goreng sehat ekonomis, mukbang nasi telur dadar ala Padang, mukbang seblak, dll mendapat sambutan hangat. Tak terasa sudah setengah tahun Ray bekerja sebagai youtuber mukbang. Ia sudah memiliki fans club yang loyal dan subscribersnya terus meningkat. Tugas akhir penelitiannya pun hampir selesai.

Kesuksesan Ray tak lepas dari peran Bu Tara dan Pak Sarwo, terutama Bu Tara. Melihat profesionalisme dan energi Bu Tara, Ray sungguh kagum. Timbul benih-benih cinta di hati Ray, tapi ia berusaha menyembunyikan perasaan hatinya. Apalah arti Ray, si mahasiswa sederhana, dibandingkan Bu Tara yang mapan dan dewasa. Ia belum percaya diri untuk mengutarakan perasaannya. Walaupun sudah memiliki penghasilan tetap dan barang-barang mewah dari sponsor, tapi Ray masih merasa gamang dengan posisi newbie-nya dalam dunia youtuber mukbang.

Akhir-akhir ini Ray merasa tubuhnya terasa aneh. Walaupun ia sudah berolahraga secara teratur, tapi tubuhnya cepat merasa lelah. Padahal ia rutin meminum vitamin dan menyantap segala makanan sehat. Walaupun ia membuat konten mukbang, sehari-hari Ray sangat menjaga asupan makanannya. Tubuhnya terasa sangat lemas tak bertenaga. Tapi, ia harus membuat konten video yang sangat penting malam ini karena merupakan video kolaborasi dengan sponsor.

"Nak, kau tak apa-apa? Tanya seorang pria separuh baya yang menyangga tubuh Ray yang hampir jatuh. Ray baru saja selesai jogging di taman kota.

"Saya hanya agak pusing, Pak," sahut Ray lemah. "Mungkin karena sengatan sinar matahari."

Pria keturunan Jepang itu memapah Ray hingga mereka berdua duduk di kursi taman. Kemudian ia berkata, "Tolong simpan barang ini sebagai kenangan pertemuan kita dan berjanjilah untuk membawanya ke mana pun kau pergi. Jagalah dirimu baik-baik, Nak." Setelah memberikan semacam suvenir, Bapak itu bangkit dan berjalan ke arah pohon besar yang terletak di sudut taman. Dan kemudian, ia lenyap di tikungan jalan. Ray memandang gantungan kunci berupa boneka penangkal hujan Jepang 'teru teru bozu' wol imut yang berada di atas telapak tangannya. Boneka mini itu terasa lembut dan menghangatkan hatinya.

Ray mulai bersiap untuk syuting hari ini. Ah, hari ini pun hidangannya sangat sedap. Mukbang gulai pedas. Ray memberi isyarat pada Pak Sarwo untuk tidak memulai syuting dulu karena tiba-tiba ia teringat suvenir imut pemberian pria tadi pagi yang berada di dalam tas ranselnya. Sembari tersenyum, ia menggenggamnya dan memasukkannya ke dalam saku kemejanya. Syuting pun dimulai.

 Ray bergidik. Haruskah ia menyantap semua hidangan menjijikkan ini? Mengapa tadi ia mengira hidangan ini lezat? Mengapa kuahnya semerah darah? Belum lagi apa itu potongan-potongan berbentuk aneh yang mengapung? Hiiiy, seperti bola mata? Apakah ini hidangan sup darah? Dan apa itu gumpalan-gumpalan seperti jamur? Makanan ini sudah basi? Bau amis bercampur basi membuat perut Ray melilit keras. Ia sungguh tak tahan lagi.

"Bu Tara, maafkan aku. Hidangan ini tak layak kumakan."

Bu Tara membujuk dengan suara anak kecilnya, "Ray, bagaimana sih kamu ini? Hidangan ini dari sponsor yang merupakan restoran terkenal. Kita sudah memperoleh uang muka pembayaran."

"Tapi, Bu...Lihatlah sendiri. Hidangan ini menjijikkan."

Cuping hidung Bu Tara bergerak-gerak menandakan kesabarannya hampir habis. Ia membentak, "Ray, jangan banyak tingkah. Kamu harus professional. Waktu syuting kita tak banyak."

Dalam penerangan cahaya lampu studio, tiba-tiba Ray menyadari kejanggalan di depannya. Wajah Bu Tara berubah sangat tirus. Gigi-giginya terlihat begitu runcing. Sedangkan mata Pak Sarwo bersinar merah seperti senter. Ada sesuatu dalam diri mereka yang mengingatkan Ray pada sepasang musang.

"Kamu harus melanjutkan syuting ini," jerit Bu Tara sembari mencengkeram lengan Ray sehingga kuku-kukunya menggores kulit Ray.

"TIDAK. KALIAN HANTU MUSANG!" Teriak Ray mendorong Bu Tara sekuat tenaga dan membuat hidangan mukbang jatuh dari meja. Sebelum ia kabur, ia masih sempat melihat belatung dan cacing melompat riang dari kuah hidangan darah tersebut.
***
Bu Tara merengut. "Apa yang salah? Mengapa tiba-tiba Ray menyadari bahwa kita hantu musang setelah selama ini ia tak pernah curiga? Aku sudah mengerahkan sihir hingga ia patuh padaku."

Pak Sarwo menggelengkan kepala, "Sudahlah. Kita cari korban baru lagi."

"AAAAH, aku jengkel sekali. Aku sudah memeriksa kostan anak itu. Ia sudah kabur. Dasar anak tak tahu diri. Ia tak mau membalas budi sedikit pun pada kita yang sudah memberinya kehidupan yang nyaman selama 6 bulan ini."

Pak Sarwo tak menanggapi. Ia asyik membersihkan kameranya. Setelah beratus-ratus tahun hidup bersama pasangannya, ia belajar bahwa diam itu emas. Biarkan Tara yang berbicara dan segalanya akan terasa lebih mudah.

"Padahal aura anak itu sangat cocok untuk kita serap kehidupannya. Tinggal satu postingan mukbang lagi. Maka, sari kehidupan anak itu akan terserap sempurna oleh kita. Dan kita akan abadi."

***
Di suatu kostan yang aman, Ray rebahan sembari memandang langit-langit kamar. Tangan kanannya menggenggam boneka teru teru bozu imut itu. Boneka itu rusak tanpa diketahui apa sebabnya dan di dalamnya ada kertas bertuliskan huruf kanji Jepang. Ray sudah memeriksa arti tulisan itu yang merupakan doa keselamatan. Sedangkan tangan kirinya menggenggam handphone. Di layar handphone tersebut tertulis WhatsApp dari ibunya. Juga sebuah file foto.

Ray, ibu minta tolong kau edit foto kakek Ibu yang baru saja Ibu scan. Ibu baru saja menemukannya di album foto lama di gudang. Ia tampan sekali, bukan?

Tampak sesosok pria keturunan Jepang yang tersenyum lembut. Tatapan matanya begitu sejuk.

Ray mengerang. Ia bersyukur dirinya diselamatkan buyutnya. Dan tentu saja ia bersyukur atas perlindungan Tuhan. Tapi, bagaimana dengan makanan mukbang yang selama 6 bulan ini ia santap. Ia sungguh ngeri membayangkan selama ini apa sebenarnya yang ia makan? Belum lagi ia yang jatuh cinta pada Bu Tara? AAAARGH, cinta pertama Ray ialah musang jadi-jadian...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun