Mohon tunggu...
SEWU BEJO
SEWU BEJO Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Merintang Rindu (Bagian #1)

29 September 2018   23:58 Diperbarui: 29 September 2018   23:57 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Asyi menatap sekeliling. Saat itu ia pun sadar bahwa ia telah menginjak kayu sampai patah dan membuat  jatuh tumpukan buku-buku.

"Ooh... tidak."

"Tunggu.. apa itu?" Asyi melihat sesuatu ditumpukan buku yang berserakan. Setelah lebih jeli memperhatikannya, ia yakin bahwa ia melihat sebuah kotak transparan berwarna merah muda diantara buku-buku itu. Sambil jongkok Asyi menggaruk hidungnya yang gatal lalu mengambil kotak itu dan meletakkannya di samping kakinya.

Sebagai seorang anak, Asyi lebih memilih seharian berada di basemen dibandingkan dengan satu jam di sekolah. Sekolah merupakan tempat paling membosankan bagi Asyi. Di sekolah, Asyi tak memiliki banyak teman. Ia pun tak banyak bicara saat di sekolah. Baginya momentum saat pulang sekolah dan berada di basemen adalah hal yang paling ia sukai.

Ia sadar sebenarnya ia buka satu-satunya anak yang tak menyukai saat-saat di sekolah. Ia ingat sekali, banyak murid yang sedih ketika melihat kertas ulangan mereka masing-masing. Sebagian yang lain menjadi ragu-ragu dan takut pulang ke rumah. Asyi heran pada dirinya sendiri, kenapa ia nampak biasa-biasa saja. Ia tak pernah melihat hasil ulangannya; tak ada yang menarik dari lembar kertas hasil ulangan. Nasib sama menimpa buku raport sekolahnya; ia pun tak pernah mencoba memahami isinya. Asyi hanya membawanya pulang dan memberikannya kepada ibunya; dan ketika ibunya nampak selesai dengan raport miliknya, ia pun memasukkannya di tas dan mengembalikan ke guru wali dihari berikutnya. Ia pikir semuanya baik-baik saja.

Pengalaman luar biasa bagi Asyi adalah saat ketika ia menemukan benda-benda baru di basemen. Kali ini sebuah kotak transparan berwarna merah muda berhasil ia temukan secara tak sengaja. Setelah Asyi ia selesai memperbaiki tumpukan buku-buku yang berserakan, ia memutuskan untuk membawa kotak itu ke kamarnya. Dalam perjalanannya menuju kamar tiba-tiba ia berhenti.

Di ruang tamu, Asyi melihat ibu sedang duduk bersama paman berbadan gempal. Ia berjalan sangat pelan dan mengintip dari sela-sela tumbuhan sirih nenek Tik yang merambat di kayu jendela pembatas antara halaman belakang, basemen dan ruang tamu. Ia melihat ibu sedang berbicara dengan seorang Paman yang agak gempal dengan kemeja biru setelan jas notch lapel warna solid navy dengan dasi kupu-kupu.

"Emm... menyeruput kopi arabika mandailing memang sangat nikmat apalagi diminum sambil memandangi lukisan-lukisanmu."

 "Tunggu... tunggu... bukan hanya arabika mandailing, tak masalah kok dengan arabika gayo, arabika toraja, arabika kintamani Bali," paman berbadan gempal itu terus berbicara.

Ibu tertawa, "Anda ini bisa saja."

"Bahkan robusta semendo," tak habis-habisnya paman itu mengucapkan kata-kata yang tak Asyi mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun