Mohon tunggu...
SEWU BEJO
SEWU BEJO Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Merintang Rindu (Bagian #1)

29 September 2018   23:58 Diperbarui: 29 September 2018   23:57 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Keesokan harinya setelah pulang sekolah Asyi langsung menyelinap ke basemen rumah. Setiap hari; tanggal hitam atau merah. Asyi selalu mencari-cari sisi sesuatu di basemen.

Segera Asyi membuka pintu basemen. Setelah beberapa langkah ia berjalan masuk, pandangannya tertuju pada tumpukan buku-buku tua dan majalah-majalah edisi lama milik kakeknya. Terakhir kali Ia melihatnya saat tiga hari yang lalu di ruang kerja ibunya; berserakan memenuhi lantai. Sebagian besar buku dan majalah itu sudah tak utuh karena banyak bagian yang berlubang disana-sini akibat dimakan ngengat. Ada banyak laba-laba di basemen. Tak heran rambut pendeknya sering menjadi tak beraturan karena terkena sarang laba-laba.

Basemen rumah bak surga dunia bagi Asyi, Ia pernah menemukan buku tulis yang berisi tempelan-tempelan kertas dari surat kabar tentang cara memasak; buku kostum membuat pola baju; mainan-mainan rusak; pilinan kabel yang berukuran sangat besar; bahkan buku yang berisi gambar-gambar potrait seseorang yang dibuat dengan pensil. Hampir semua barang-barang yang ia temukan sudah usang, tua, dan berdebu.

Bagi Asyi rumahnya bukanlah tempat yang buruk untuk dijelajahi. Asyi dapat menghabiskan waktu berjam-jam di basemen sampai mendengar ibu atau nenek berteriak mencarinya. Asyi membaca setiap puisi, cerpen, dan komik dari majalah yang ia temukan. Sebenarnya banyak hal yang tak ia mengerti. Tapi ia terus membacanya sampai bagian terakhir.

            "Asyi... apa kau disana, nak?" Terdengar teriakan suara seorang wanita dari pintu basemen.

Asyi menoleh ke arah pintu, "Iya..." kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu.

 "Ayo keluarlah, ibu punya sesuatu untukmu." kata Ibu sambil merangkul pundak Asyi.

"Ini memang bukan barang baru." kata Ibu sambil menyodorkan bungkusan.

Asyi tersenyum, "Tak apa bu, terima kasih."

Sebenarnya bukan masalah besar bagi Asyi ketika harus menggunakan barang yang tak baru. Ia tak segila Ibunya dalam dunia seni. Baginya sudah sangat menyenangkan selama masih ada media untuk membuat coretan.

Ibunya bekerja sebagai seorang guru seni, namun Asyi hanya diberikan peralatan seni bekas milik ibunya atau peralatan seni bekas yang didapatkan dari tempat jual rongsokan, karena ditempat itu ibunya seringkali dapat menemukan barang yang menarik dengan harga miring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun