Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Misteri Rana

29 Mei 2020   21:53 Diperbarui: 29 Mei 2020   22:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Malam sebelum kita berangkat, Nala datang ke apartemenku,"  kata-kata Rana hampir membuatku tersedak dan mulai fokus dengan pembicaraan kami. Aku letakkan mangkuk yang mau aku seruput air supnya. Aku memastikan ada pembicaraan yang luar biasa sehingga Rana perlu waktu khusus untuk membicarakan.

"Dia marah padaku karena mempengaruhimu untuk pergi untuk ke Jepang. Nala bilang aku merusak hubungan kalian," Rana bercerita dengan wajah sedih.

"Kenapa Kamu gak bilang sama aku dari awal?" Aku bisa ke apartemen kamu memberi penjelasan ke Nala," aku mulai cemas dengan apa yang dikatakan Nala. Aku tahu watak Nala yang pastinya tidak akan pernah puas untuk mencari jawaban. Walaupun jawaban itu akan menyakiti.

"Aku takut Kamu gak jadi pergi ke Jepang karena Nala," jawabnya jujur menatap dalam ke mataku.

"Kenapa kamu berpikiran seperti itu?" tanyaku. Aku tak ingin Rana tahu betapa senangnya aku menemani dia dan bukan Nala.

"Karena dia calon istri Kamu dan aku cuma partner kamu," jawabnya dengan mata sayu.

Aku terdiam mendengar jawaban Rana. Semua yang Rana katakan benar, Rana hanya partnerku dan Nala adalah calon istriku. Aku lebih memilih Rana daripada Nala. Aku bahkan tak mengejar Nala ketika pertengkaran kami. Waktu itu aku hanya ingin kepergianku dengan Rana dapat menjawab semua kegelisahan aku dan mencari tahu siapa Rana. Mungkin ada lagi yang dikatakan Nala dan aku yakin Rana tak ingin membicarakannya denganku. Setidaknya Rana sudah bercerita aku sudah merasa lega.

"Aku tahu yang aku lakukan mungkin salah dan menyakiti Nala. Tapi tahukah kamu kenapa aku ingin menemanimu ke Jepang? Ini berhubungan dengan pekerjaan kita, agar kamu bisa fres dan bekerja maksimal lagi," kali ini aku berbohong pada Rana. Biarlah Rana menganggapku menemani agar pekerjaan kami aman.

"Oh iya, besok temanku mau mampir kesini, sudah sepuluh tahun kita gak ketemu, bahkan aku hanya punya satu foto kami berdua waktu kecil," kata Rana. Wajahnya sudah kembali seperti Rana yang aku kenal. Tak ada lagi kegundahan, dan kecewa yang ada wajah sumringah membicarakan masa kecilnya. Seolah permasalahan tadi sudah hilang begitu saja dari pikiran Rana tidak denganku. Rana gampang memutar balikkan hati itu yang membuatku jadi misteri.

"Oh ya, dia orang Jepang juga?" tanyaku yang enggan membahas masalah yang hampir merusak suasana makan malam kami.

"Sepuluh tahun yang lalu dia pindah kesini bersama keluarganya," Rana memulai ceritanya. Makan malam yang sungguh nikmat. Rana lalu membersihkan meja makan dan berjalan ke arahku menuangkan jus melon di gelasku yang kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun