Mohon tunggu...
Sayyidah Ilman Nisa
Sayyidah Ilman Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

If there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Simfoni Indah PMM di Ujung Barat Indonesia

18 November 2022   00:35 Diperbarui: 18 November 2022   00:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan sejauh yang mereka jalan juga begitu, impor barang,  kemudian di jual domestic domestic. Mereka ga kenal pembeli, mulai dari Jakarta,  Jogja, Papua, Jawa Timur dan Surabaya itu banyak partner mereka yang mereka tidak kenal. Mereka kirim barang duluan, karena orang percaya sama kita, kami juga percaya sama orang.

Sejauh ini belum pernah mereka di tiou. Ada di tipu. Tapi tipu kecil-kecilan. Bukan di itpu, dia mengakui tapi belum sempat bayar. Ada, bukan tidak ada. Jadi intinya setiap akumulasi keuntungann dari setiap transasksi yang mereka lakukan itu adalah rekapital asset menjadi modal kita.

The next mereka punya keinginna sama bro candra buka caf,  buka kafe bagaimana? duit dari mana? Tenang aja..jawabannya betul tidak tenang  saja, ada saja,, yang penting kita punya keinginan. Sambal berjalan, dulunya kafe mereka itu hanya satu mesin, barang kosong syedih jika di lihat.

Satu mesin, barnya kosong, barista nya amsih satu. Tapi dalam berjalan, mereka tambah (itulah yang Namanya bisnis). Kita tambah, asset yang kurang terus-terus tumbuh. Jadi  segala keuntungan yang mereka dapat, tidak mereka  jadikan konsumtif. Tapi bagaimana mereka jadikan sebuah binis baru. 

Jadi dlm bisnis itu penting adanya sumur-umur industry atau usaha baru. Kenal abu rizal bakrie? Dia punya usaha sangat banyak salah satunya di bidang tambang misalnya, media, stasiun TV, partai politik. Jadi banyak orang sukses itu menciptakan sumur-sumur. 

Tidak bersumber kepada satu saja. Jadi mereka juga melakukan hal begitu, walaupun kondisi kita masih di bawha mereka, jauh.. tapi, mereka ada peluang, mereka mencoba berinvestasi dengan usaha itu. Jangan takut  berfikir bagaimana nanti. 

Ngga...yang penting apa yang bis akita lakukan sekarang. Kita melihat itu ada;ah sebuah peluang, yah kita go, walaupun dalam sebuah bisnis yang kita lakukan penuh dengan segala high risk dan low risk. Low risk adalah prinsip di mana hanya terdapat resiko kecil bagi para investor untuk kehilangan sebagian atau seluruh uangnya.

Jadi tergantung kita, tentu kalau kita mengambil resiko yang paling kecil, rendah, artinya profitnya juga rendah. Itu hukum alam, balance. High risk tentunya juga high profit. Segaal sesuatu itu sangat balance, mungkin low risk, high profit kalau itu sudah pasti bisnis bodoh, betul ga? Yang hari ini banyak kita kenal Hendra ken, yang bodong-bodong investasi, yang bentuknya dalam satu bisnis juga, usaha, investasi kecil tapi high profit. 

Berujung apa? Uang kita dilarikan, itu ngga ada. Dalam bisnis ngga mungkin itu terjadi. Jadi, penting hati-hati bagi kita ketika ditawarkan apa saja dan mereka juga pernah menjadi korban dari itu, awalnya tidak mau, karena okelah kawannya tidak ikut, walaupun kecil, masih kecil investasinya. 

Ternyata itu bukan segalanya. Tidak mungkin dalam sebuah bisnis atau usaha yang kita lakukan dengan resiko rendah keuntungan yang besar. Ini pelru diperhatikan. Jadi, jelilah melihat peluang semasa muda. Jangan menunggu setelah kuliah, kalau bisa mulai d saat kuliah. Tidak ada salahnyaaa. Apalagi di era sekarang  itu, e-digital marketing. Jadi segalanya kita modal HP. Lagi-lagi kita perlu business collaboration, artinya bisa ambil barang ini, saya jual, re seller, nanti keuntungan, itu yang paling resiko sangat rendah ga perlu modal, hanay kepercayaan tadi berarti kita jual, ada keuntungan, kita kembalikan modalnya. 

Jaid lakukan hal-hal seperti itu dulu. Nah dari situ, akan Nampak peluang-peluang yang lebih besar. Dan paling besar penyakit mahasiswa itu gengsi. Malu ah malu, sebenanrnya itu tidak pelru. Kita harus membuang diri dari situ. Jadi ga usah karena saya sarjana ga mungkin dong, ga usah. Jaid kita terus saja, bodoh amat. Dan semua-semua usaha yang kita lihat belajar sukses, mereka bermuka dari bawah. Bob sadino mislanya yang tidak pernah sekolah.kuliah, juga tidak, tapi dia berhasil karena apa? Aksi dia, proses yang dia  lakukan, tidak ada gengsi-gengsian. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun