“Tapi kan diterima juga.”
“Iya juga ya,” sambil tertawa Pak Hari menanggapi, “itu sebelumnya saya benar-benar tidak percaya diri.”
“Nah, tadi Pak Hari sudah cerita tentang murid-murid. Sekarang ceritakan bagaimana guru-gurunya?” Tanya Pak Budi.
Meskipun satu yayasan, Pak Hari dan Pak Budi tidak mengajar di lembaga yang sama. Pak Hari di lembaga SMK. Sementara Pak Budi di lembaga SMA.
“Menyenangkan. Langsung akrab. Tapi…” kalimatnya menggantung.
“Tapi apa?” Pak Budi penasaran.
“Jangan berita tahu yang lain ya. Ini rahasia kita saja,” katanya ragu-ragu. Awalnya Pak Hari tidak ingin cerita. Keceplosan.
“Oke.”
“Begini, saat pertama kali mengajar saya diawasi oleh kepala sekolah di dalam kelas. Terus… setelah selesai, pas keluar kelas, saya disuruh masuk kelas lain untuk memperhatikan cara mengajar guru matematika lain. Katanya itu guru paling bagus mengajarnya. Ya, otomatis saya tersinggung. Tapi karena saya guru baru, saya menurut saja,”Pak Hari menjelaskan.
“Oh ya, masa diperlakukan begitu?” Pak Budi heran.
“Iya… serius,” jawab Pak Hari, “padahal harusnya setelah saya selesai mengajar, kepala sekolah baiknya mengevaluasi cara mengajar saya dulusecara empat mata. Kalau memang kurang bagus, ya, silakan saya memperhatikan cara mengajar guru lain. Tidak masalah buat saya.”