Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hiks, Ternyata...

19 September 2020   13:46 Diperbarui: 19 September 2020   13:51 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wallpaperaccess.com

Ting ting
Bunyi notifikasi whatsapp mengagetkan seorang wanita berusia 16 tahun. Bagaimana tidak? Ia di chat oleh seorang Ketua OSIS SMA Tirtamaya yang dikenal dengan kealimannya.

"Dari siapa si Nis?" Aku menoleh kearah Nisa yang sedang senyum-senyum sendiri dengan HP nya.

"Lo tau ga? Si Dika Ketua OSIS ngechat gue. Dia nanyain ke gue kenapa gue kok disekolah tadi mukanya keliatan sedih. Perhatian banget dia ke gue." Ucap Nisa yang terlihat senang.

Aku langsung memegang kening Nisa, memastikan dia tidak sedang kesurupan.

"Dia memang begitu kali sifatnya, perhatian ke semua orang. Lo gausah ge-er deh." ucapku sambil memajukan kepalaku agar bisa melihat chat Nisa dan Dika.

Nisa refleks menjitak kepalaku. Sialan lo nis, Umpatku dalam hati. Ia kembali sibuk tenggelam dengan dunia whatsapp. Sedangkan aku memutuskan pergi ke dapur untuk memasak mie.

"Nis, Lo mau indomie ga?"
"Boleh Zah, rasa ayam geprek ya."
"Siap nona."

Air sudah mendidih. Aku langsung memasukkan indomie dan menggunting bumbu-bumbunya. Aromanya menyebar hingga kerumah tetangga. Memang, kedahsyatan Indomie tidak ada yang bisa mengalahkannya.

5 menit berlalu, Mie sudah aku hidangkan diatas piring bermotif kucing. Aku berjalan menuju sofa tempat Nisa sedang duduk.

"Nih udah jadi mie nya." kataku sambil meletakkan piring diatas meja.

Nisa meletakkan hp nya di sofa. Lalu duduk bersamaku sembari melahap mie rasa ayam geprek yang lumayan pedas. Aku tersenyum melihat wajah Nisa yang terlihat berkeringat akibat kepedasan.

"Woy ini mie ayam geprek apa mie samyang. Kok pedes banget kayak omongan netizen." Ucap Nisa ber 'hah' kepedesan.

Ting ting
Lagi-lagi bunyi notifikasi muncul di HP Nisa. Ia langsung mengambil HP nya dan sontak aku langsung menahan tangannya.

"Peraturan ke 20, Tidak boleh main HP di meja makan."

Nisa mendengus kesal. Aku tertawa melihat wajahnya. Memang, dalam persahabatan kami, kami membuat banyak peraturan. Walaupun agak aneh, tapi itu efektif membuat hubungan persahabatan kami tidak renggang.

Kami makan dengan lahap, sesekali ber 'hah' kepedesan. Untungnya, aku tadi sudah menyiapkan es teh penghilang pedas.

***

Aku kini sedang mengerjakan PR fisika. Sesekali mengecek buku paket untuk melihat rumus. Sedangkan Nisa, ia masih sibuk dengan HP nya. Tertawa, lalu senyum, lau tertawa lagi, sudah seperti orang gila.

"Eh, masa si Dika bikin sw 'Terima kasih atas kesempatan mengenalmu, engkau akan selalu menjadi memori indah didalam hidupku.' gue yakin itu sw pasti buat gue. Seneng banget gue Zah."

Aku menoleh kearah Nisa, lalu menggeleng-gelengkan kepala. Nih bocah sakit apa dah? Ucapku dalam hati.

"Nis, kan gue udah bilang kalo dia emang baik ke semua orang. Jadi lo jangan ge-er. Udah banyak Nis yang baper sama dia. Masa lo mau ikut-ikutan juga?"

"Suka-suka gue dong. Lo cemburu ya gue sama Dika?" ucap Nisa menyindirku.

"Enak aja, mending gue sama taehyung daripada sama si Dika tukang baperin anak orang." Ucapku tak terima.

"Oh jadinya Zahra beneran cemburu."
"Cemburu."
"cie ada yang cemburu nih."

Omongan Nisa semakin menjadi-jadi. Kekesalanku sudah memuncak, aku langsung melempar buku yang ada disebelahku kearah Nisa. Ia langsung menjadikan bantal sebagai tamengnya.

"Kalian ada apa si ribut-ribut." Mamahnya nisa menyahut dibalik pintu. Ia membawa 2 Kotak Pizza Hut porsi sedang. Aku menelan ludah, enak sekali makanan yang dibawa mamahnya Nisa.

"Ini mah, si Zahra cemburu ngeliat aku chatan sama Dika."
"Nggak mah, Nisa bohong."
"Lo yang bohong."
"Lo kali."
"Lo."

Mamah Nisa yang melihat kami bertengkar hanya menggeleng-gelengkan kepala. Anak remaja zaman sekarang hidupnya memang tidak pernah jauh dari kata cinta. Ucapnya dalam hati

"Aku pulang dulu ya tante. Nis, gue balik ya."
Daripada aku terus berdebat seperti ini, lebih baik aku pulang. Aku langsung pamit ke mamahnya Nisa dan langsung lari menuju keluar.

"Cie ada yang ngambek dan cemburu. Cieee." Teriakan Nisa cukup keras dan membuat tetangga sebelah bangun dari tidur siangnya.

Aku mendengus kesal, kenapa Nisa jadi aneh begini. Hanya karna Dika peduli bukan berarti Dika suka kepadanya. Apa kata Nisa tadi? Cemburu? Hush aku tidak akan suka kepada cowok yang suka ngebaperin anak orang.

***

Malam terasa sunyi, ayah dan ibu serta adik-adikku sedang berlibur keluar negeri. Sedangkan aku? Aku ditinggal karna 2 minggu lagi aku akan mengikuti Olimpiade Matematika di kota Depok. Belajar, belajar, belajar. Aku bosan belajar matematika. Semua soalnya membuatku mual dan ingin muntah.

Terr terr
Hp-ku bergetar. Betapa kagetnya aku melihat notifikasi Chat di hp-ku. Ada chat dari Dika, sang ketua OSIS.

Dika2003 : Assalamu'alaikum Zah lagi sibuk ga?

Aku terdiam cukup lama melihat chat di hp-ku. Ada apa pula Dika mengechat ku malam-malam begini.

Zahra neth: nggk
Dika2003: Gue mau cerita
Zahra neth: ydh
Dika2003: Lo tau kan dulu gue suka sama siapa?

Aku mengingat-ingat orang yang dulu pernah Dika suka. Oh ya aku ingat namanya adalah

Zahra Neth: jenny?
Dika2003: Iya, masa dia tiba-tiba menjauh dari gue.
Zahra Neth: Penyebabnya?
Dika2003: bentar, gue ss dulu chatannya.

Aku memutuskan untuk tidak membalas chatnya. Aku kembali sibuk dengan soal Matematika disampingku.

Terr terr
Dika2005: post a picture. Nih

Aku membaca chatnya detail dari mulai paragraf pertama hingga paragraf terakhir. Gila, rasanya sudah seperti membaca cerita di wattpad. Panjangnya tak terkira. Aku dibuat kagum olehnya yang pandai berkata-kata.

Penasaran apa isi chatnya?

Dika2005: Jenny, gue agak kecewa sama lo ketika lo upload video tiktok dan lo gak pake hijab. Lo tau kan kalau wanita itu diwajibkan memakai hijab?

Jenny, gue kecewa ngeliat sikap lo yang berubah semenjak lo berteman sama temen lo yang sok asik itu. Lo jadi jarang ngaji, jadi lebih sering dengerin musik dibanding denger Al-Qur'an.

Sebenarnya masih banyak lagi, tapi mungkin lain kali saja aku ceritakan.

Zahra Neth: Cmn gara-gara itu?
Dika2003: Iya
Zahra Neth: Mungkin niat lo baik, tapi cara lo itu yang bikin dia risih.
Dika2003: yatapi kan itu udh melanggar peraturan agama.
Zahra Neth: Coba lo minta maaf ke dia
Dika2003: udh tapi dia malah ngeblokir gue..
Zahra Neth: Mampos

Aku tidak menyangka bahwa Dika seketat itu dalam menjalankan perintah agama. Ketika ada orang yang salah, dia langsung menasihatinya tanpa banyak basa basi. Sebenarnya itu termasuk salah satu tipe lelaki idaman menurutku. Karna jika ia mengingatkan itu berarti tanda cinta yang sebenarnya.

Apa berarti aku jatuh cinta kepada Dika? Hush jauh-jauh sana kau cinta. Aku tidak akan terpengaruh oleh tipu dayamu. Lihat saja nanti.

Aku tidak akan seperti Nisa yang mudah sekali ge-er. Aku adalah Zahra, Cewek yang bodo amat dengan cowok.

***

Pagi ini pemandangan di lantai tiga SMA Tirtamaya sangat menakjubkan. Jarang-jarang aku melihat pemandangan gunung dilantai 3 ini. Biasanya, pasti selalu tertutup awan.

"Zah, temenin gue ke kamar mandi yok." Ucap Nisa menarik tanganku. Aku melotot, kesal dengan Nisa yang main asal tarik. Hampir saja aku tertabrak oleh lelaki didepanku.

Lelaki tersebut menoleh kearahku. Aku diam sejenak memperhatikan wajahnya. Dika? Kagetku dalam hati. Aku memalingkan wajahku. Entah kenapa tatapan dinginnya membuatku merinding.

"Eh Dika, mau kemana?" Nisa yang melihat Dika pun bersorak kegirangan. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kenapa aku punya sahabat yang aneh seperti ini

"kebetulan gue mau ke kantin, Lo mau ikut makan bareng temen-temen gue?" Ucap Dika sambil tersenyum ramah.

"Eh iya gue ikut." Ucap Nisa sok asik. Nisa lagi-lagi menarik tanganku dan mengajakku untuk ikut.

"Gue gamau ikut." Ucapku memelas.
"Kenapa? Lo cemburu?" Nisa berkata sinis.
"Iya gue ikut." Aku mendengus kesal, daripada aku terus dituduh cemburu oleh Nisa, lebih baik aku ikut.

Dika berjalan didepan, sedangkan Nisa dibelakangnya. Aku tersenyum melihat wajah Nisa yang terlihat kikuk, alias tak tenang. Aku tertawa, katanya sudah dekat tapi kok ngobrol aja nggak.

Kami telah tiba di Kantin. Kantin sudah ramai dikerumuni para Siswa dan guru-guru. Makanan dan minumannya beragam, bahkan ada kopi Janji Jiwa di SMA ini.

Teman-teman dika sudah menunggu sejak tadi diujung kantin. Disana terdapat 3 meja dan kursi panjang. Tanpa banyak basa basi, Dika langsung mengajak kami untuk bergabung dengan teman-temannya.

15 menit berlalu tanpa terasa, bell masuk berbunyi. Aku terkekeh melihat muka Nisa yang sejak tadi hanya diam mendengan obrolan Dika dan teman-temannya. Dekat? Dekat darimana kalau ngobrol saja tidak.

"Ayo zah kita ke kelas."

Nisa terlihat tidak bersemangat, Ia sejak tadi tidak diajak ngobrol oleh Dika. Malah, aku yang diajak ngobrol olehnya. Muka Nisa terlihat masam melihatku.

***

Seminggu setelah kejadian di kantin. Nisa tak pernah lagi semangat membahas Dika. Ia lebih sering diam dikelas. Mengobrol denganku? Dia sepertinya masih kesal denganku akibat kejadian seminggu yang lalu. Apalagi dia tau bahwa aku dan Dika sudah semakin dekat.

Bagaimana kami bisa semakin dekat? Entah mengapa sejak Dika mengechatku malam itu, ia sering mengajakku makan bareng, belajar bareng, dan lain-lain. Kadang, ia bahkan suka mengeluarkan kata-kata bucin ketika mengechatku.

Seperti saat ini, aku sedang diatas motor bersama Dika. Baru saja pulang sehabis menonton di Bioskop. Dika menghentikan motornya didepan restoran ternama di Kota Jakarta.

"Zah, Lo baru pertama kali kesini kan?" Ucap Dika sambil membuka helm-ku. Aku mengangguk pelan, Dika selalu berhasil membuatku salah tingkah didepannya.

Kami melangkah masuk kedalam restoran. Dika mengajakku duduk di kursi paling pojok dekat dengan ruangan outdoor.

"Mau pesan apa?" Ucap pelayan restoran
"Lo mau pesan apa zah?" Dika bertanya sambil melihat menu

Aku menunjuk gambar Nasi Goreng Spesial. Dika juga memesan Nasi goreng spesial. Lalu kami memilih minuman.

"Tunggu 10 menit ya mas dan mbak." Ucap sang Pelayan.

Aku memperhatikan sekitar. Disebelah meja kami, terdapat pasangan suami istri yang walau sudah tua namun tetap mesra. Didepan kami, terdapat keluarga yang anaknya sangat banyak. Dan dipojok sebelah kanan sana, ada seorang pemuda yang duduk sendiri ntah memikirkan apa.

"Zah, Lo tau ga kenapa gue ngajak lo kesini?" Dika menatapku dengan lembut.
"Nggak, memang kenapa?"
"Karna gue laper."

Rasanya ingin sekali aku menjitak kepala Dika sekarang juga. Akan tetapi urung karna malu dilihat orang banyak. Dika tertawa lebar.

"Zah" panggil Dika, kali ini tatapannya terlihat serius.
"Apa?"
"Manggil doang." Ucap Dika dengan wajah tak berdosa.

Aku mendengus sebal, kenapa pula Dika jadi nyebelin seperti ini. Baru saja aku ingin menyiram muka Dika dengan air, untungnya pelayan datang dan menyajikan makanannya.

"Ayo makan Zah." Dika terlihat seperti orang kelaparan. Kami berdua langsung menyantap makanan yang sudah tersajikan. Memang, Restoran ini merupakan restoran terbaik yang ada di kota Jakarta. Jadi, wajar saja jika makanannya sangat enak.

Aku sedang asyik-asyiknya makan. Aku menoleh kearah Dika yang terlihat sedang mengambil sesuatu. Ternyata dia mengeluarkan Gitarnya, lalu memainkannya dengan sangat lihai.

Ratusan hari ku mengenalmu
Ratusan alasan kamu berharga
Ratusan hari ku bersamamu
Ratusan alasan kamu cahaya
Semampuku kau akrab dengan senyum dan tawa
Semampuku tak lagi perlu kau takut
Cinta

Aku tersedak. Baru pertama kali ini aku melihat Dika bermain gitar dan menyanyi. Apalagi suaranya sangatlah merdu seperti tulus. Aku dibuat terpesona dengan dirinya yang semakin lama semakin membuat diriku jatuh cinta.

Bila aku pegang kendali penuh pada
Cahaya
Aku pastikan jalanmu terang

Dika menggenggam erat tanganku dan mengajakku bernyanyi. Mukaku merah, malu sekaligus senang karena bisa berdua dengan Dika sekarang.

Tak mudah lagi sendu mengganggu
Kau tahu cara buatku tertawa
Tak mudah kusut dalam kemelut
Kau tahu cara mengurai semua

Lirik lagu Tulus yang berjudul "Cahaya" dinyanyikan Dika dengan sungguh-sungguh. Aku juga ikut bernyanyi bersamanya. Lagunya begitu menenangkan hatiku.

Menurutku, Dika adalah Cahaya. Yang bisa membuatku senang ketika aku sedang bersedih. Yang bisa memberi solusi ketika ada masalah. Bagiku Dika adalah cowok terbaik yang kutemui. Mungkin suatu saat dia yang akan menjadi calon imamku.

Aku tersenyum lebar. Aku yakin Dika sudah jatuh hati padaku. Dari sikapnya, tutur katanya, pandangannya sudah menandakan bahwa dia menyukaiku. Kelak, Aku berharap Dika bisa menjadi teman hidupku.

Tapi ternyata..

***

Kami sudah semakin dekat. Sebulan berlalu tanpa terasa, Ujian tengah semester baru saja selesai dilaksanakan. Seperti biasa, Dika selalu menanyakan bagaimana ujianku, susah atau gampang? Dan aku juga bertanya kembali kepadanya. Itulah rutinitas kami setiap ujian.

Terr terr
Hp-ku bergetar. Notifikasi whatsapp muncul. Ternyata dari Dika. Hari ini Sabtu, apakah ia akan mengajakku pergi makan? Atau mengajakku nonton bioskop?

Dika2003: Lo lagi sibuk ga? Nanti sore kerumah gue yuk. Ada yang mau diomongin.

Zahra Neth: Ngomongin apa?

Dika2003: Ngomongin pak bambang yang selingkuh sama mbak maemunah tukang bakso di sekolah.

Zahra Neth: galucu lo wkwk

Dika2003: yaudah dateng aja, nanti gue jemput.
Zahra Neth: Oke.

Aku menghela nafas berat, kenapa Dika mengajakku kerumahnya? Apakah dia akan mengenalkanku kepada kedua orangtuanya? Aku harus segera bersiap karna ini sudah jam 14:05. Satu jam lagi aku dijemput Dika.

Aku bergegas menuju kamar mandi, lalu mengenakan pakaian terbaik. Hari ini aku harus tampil menarik didepan orangtuanya Dika. Semua hal sudah aku persiapkan, kini aku sedang menunggu Dika datang.

Motor Dika memasuki halaman rumahku. Aku tersenyum kepadanya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat penampilanku.

"Tuan putri mau kemana si? Kan pangeran cuman ngajak tuan putri kerumah, bukan ke istana." Dika tertawa melihatku.

Aku tersipu malu melihat Dika yang melihatku sambil tersenyum tulus. Dika memang selalu berhasil membuatku jatuh hati.

Aku langsung menaiki motornya. Lalu kami segera pergi menuju ke rumahnya Dika. Diperjalanan aku lebih banyak diam, aku sangat gugup. Jujur, ini pertama kalinya aku diajak kerumah Dika.

"Santai aja kali, gausah tegang." Ucap Dika sambil fokus membawa motornya ditengah kemacetan kota Jakarta.

Kami telah tiba dirumahnya Dika. Aku tertegun melihat rumahnya, mewah namun sederhana. Desain interior rumahnya yang sangat memukau. Aku semakin gugup. Dika yang melihatku begitu gugup langsung memegang tanganku dan menenangkanku.

"Tenang, Orangtua gue lagi pergi. Dirumah cuman ada pembantu sama tukang kebun." Ucap Dika.

Aku menghela nafas, ternyata dugaanku salah. Kenapa aku jadi ge-er seperti Nisa? Aku tertawa mengingat Nisa yang sok dekat dengan Dika.

Dika mengajakku duduk didepan rumahnya. Ia lalu beranjak ke dapur, dan meninggalkanku sendirian di teras.

Aku benar-benar bingung sekarang. Apakah Dika ingin menyatakan perasaannya kepadaku? Ataukah dika ingin membicarakan masa depan kami berdua? Aku tersenyum membayangkan jika itu semua benar terjadi. Betapa bahagianya hidupku.

"WOY JANGAN NGELAMUN MULU NTAR KESAMBET." dika membuyarkan lamunanku. Aku tertawa lebar. Dika lalu menaruh makanan ringan dan minuman jus jeruk di meja.

Kami mengobrol sambil menghabiskan makanan ringan. Mulai dari obrolan ringan, tentang teman, kucingnya, dan lain-lain. Hingga ia tiba-tiba mengambil hp-nya dan menunjukkan sebuah gambar kepadaku.

"Menurut lo dia cakep ga zah?"
Dika memberikan HP-nya kepadaku. Aku melihat gambar seorang perempuan yang sedang berpose ria didepan gedung tertinggi di Malaysia. Dia adalah Dina.

"lo suka sama Dina?" Ucapku sedikit bergetar, entah kenapa hatiku sekarang sudah seperti ditusuk oleh ribuan paku.

Dika menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Aku.. Aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Aku berusaha meneguhkan hati, mungkin Dika sedang bercanda.

"Kenapa?" Ucapku
"Memangnya cinta butuh alasan?" Ucap Dika sambil menatapku heran. Ia mungkin heran melihat wajahku yang tiba-tiba berubah suram

"Lo cemburu ya?" Ucap dika yang kali ini terdengar serius.

"Nggak kok." Ucapku berusaha tersenyum walau hatiku kini sudah hancur berlebur ditikam realita.

"Maaf Zah, Gue gamau persahabatan kita jadi hancur gara-gara ada rasa. Gue gamau kalo lo suka sama gue. Kita cukup jadi temen aja." Ucap Dika menatap wajahku lekat.

Aku tak bisa menahan bendungan air dimataku. Air mataku terjatuh tanpa bisa dihentikan. Aku tak menyangka bahwa selama ini Dika hanya menganggapku teman dekat. Tidak lebih tidak kurang.

"jadi selama ini lo nganggep gue cuman sahabat? Makan bareng, Nonton bareng, dan lain-lain itu apa?" Ucapku yang tak mampu menahan tangis.

"Iya." Ucap Dika yang kemudian mengambil tisu dan mengelap air mata diwajahku. Aku menepis tangannya, dan segera lari menuju keluar. Untungnya didepan sana ada ojek. Aku langsung naik dan menyebutkan tujuanku tanpa banyak basa basi.

Dika berusaha mengejarku, tapi urung karna melihat wajahku yang terlihat marah. Diperjalanan, tak henti-hentinya air mataku membasahi wajahku.

Aku terlalu ge-er. Aku terbuai oleh ekspektasi tinggi, Aku tertipu oleh harapan-harapan yang ternyata semu. Semua janji-janji masa depan yang terngiang diotakku hilang seketika diganti bayang-bayang suram yang terjadi dimasa depan.

Bagaimana bisa aku terbuai oleh ini semua? Bagaimana bisa? Bagaimana Mungkin Dika tega menyakiti hatiku begitu saja? Dia anggap apa perasaan perempuan itu?

Hiks, Nasib kita sama Nis. Hiks, ternyara aku hanya dijadikan pelampiasan dia selama ini.

Biarkanlah aku yang merasakan sakitnya diri ini. Aku terlalu bodoh untuk percaya dengan cinta yang ternyata hanya ilusi belaka.

Nyatanya, Cinta tak seindah yang kita bayangkan. Kisah ini harus berakhir sekarang. Entah apakah besok lusa aku bisa menemukan orang yang lebih baik dari Dika atau aku akan terus sendiri.

Hiks, ternyata hanya pelampiasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun