ketika Karto gemetar memandang mata Kulsum
melebur angin melayang pandang
menyentuh pintu takdir
merangkai bunga di kemudian hari
berharap pengabdian pada Sang Esa
kelak mengukir jalannya sendiri
sebagai Khadijah dalam perjuangan
sebagai Aisyah dalam pertempuran
ketika jantung Kulsum tertaut pada sajak-sajak kehidupan Karto yang tegas dan lantang tanpa ampun
angin yang berbeda menyapa dari baka
sedingin hutan sepekat rimba belantara
sejuk, tak mengigil ia menerima
ketika mereka di hadapan sepiring nasi hangat
Karto berkata "De', aku berada di jalan penderitaan panjang."
"Mengapa kamu menerima?"
Kulsum menjawab "Mas, hidup memang penderitaan tinggal kita tentukan kapan kita mau menikmati  nya"
"Mas, penderitaan adalah jalan panjang
pilih satu saja dunia atau alam baka"