Terusin aja gaya koboinya yang tlanyar tlonyor itu. Nggak masalah. Tapi terapkan itu khusus buat mereka yang ada di Senayan sana. Mereka memang butuh cambukan, Pak. Butuh orang yang berani ngomong apa adanya tanpa takut kehilangan kursi atau jatah proyek.
Tapi, Pak, tolonglah. Kalau sewaktu berhadapan dengan rakyat, yang suaranya "kecil dan mengganggu" ini, tolong gaya koboinya direm sedikit.
Bicaralah dengan lebih anggun. Dengan empati. Penuh pengertian. Kita ini manusia, Pak, punya perasaan. Bukan sekadar variabel dalam grafik yang bisa diabaikan. Kata-kata itu punya kekuatan. Bisa bikin semangat, bisa juga bikin sakit hati. Apalagi kalau yang ngomong itu seorang menteri.
Bukan Mau Mengganti, Tapi Memberi Kesempatan
Kita semua tahu, jabatan menteri itu amanah. Bukan cuma sekadar gelar. Orang yang duduk di sana punya tanggung jawab besar. Untuk mengangkat kesejahteraan rakyat, bukan malah membuat rakyat merasa diabaikan.
Saya pribadi percaya, setiap orang berhak dapat kesempatan. Purbaya juga begitu. Mungkin beliau masih butuh adaptasi. Butuh penyesuaian. Mungkin belum terbiasa dengan sorotan publik yang begitu intens. Mari kita beri beliau waktu. Kita kasih kesempatan buat membuktikan diri.
Waktu yang akan jadi hakim paling jujur. Akan terlihat nanti, apakah Presiden memang memilih orang yang tepat, yang bisa benar-benar membawa perubahan positif buat keuangan negara dan kesejahteraan rakyatnya. Atau malah sebaliknya, ternyata Purbaya ini cuma koboi yang salah naik kuda.
Kita nggak bisa cuma mengeluh dan minta ganti. Kita juga harus memberi ruang buat perbaikan. Siapa tahu, di balik gaya bicaranya yang (kadang) bikin emosi, ada niat baik dan kinerja bagus yang sedang dia siapkan.
Harapan dari RakyatÂ
Jadi, Pak Purbaya, tunjukkanlah bahwa Anda bukan cuma jago bicara di depan anggota dewan. Tunjukkan bahwa Anda juga punya hati nurani buat rakyat kecil ini.
Kita nggak butuh janji manis. Kita butuh bukti. Bukti nyata bahwa "sebagian kecil rakyat" yang merasa "keganggu hidupnya" ini bisa tersenyum lagi. Bisa merasakan dampak positif dari kebijakan-kebijakan yang Anda buat.
Saya berharap, Purbaya yang "apa adanya" itu, bisa bertransformasi jadi Purbaya yang "apa adanya" namun tetap bijaksana dan berempati. Terutama saat berhadapan dengan rakyat, pemilik sah Republik ini.
"Waktu akan membuktikan apakah Presiden memilih orang yang tepat atau sebaliknya."Â