Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

DPR, Kami Datang Bukan untuk Meminta, tapi Mengambil Hak Kami

30 Agustus 2025   22:06 Diperbarui: 30 Agustus 2025   22:14 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Foto diambil pada 19 Mei 2008. | KOMPAS/EDDY HASBY

Kenangan Mei '98, Gema yang Tak Pernah Padam

Mengingat kembali bulan Mei tahun 1998, ada sebuah gema yang terasa kembali kuat saat ini. Gema perjuangan mahasiswa yang saat itu berani turun ke jalan. 

Kami berbondong-bondong menuju Senayan, tempat di mana kekuasaan Orde Baru bersemayam. Tuntutan kami sederhana yaitu turunkan Soeharto, tegakkan reformasi. Atmosfer saat itu terasa penuh harapan. 

Kami percaya, setelah Orde Baru tumbang, Indonesia akan menjadi lebih baik. Kami yakin, wakil rakyat yang baru akan benar-benar menjadi suara kami. 

Namun, pengalaman bertahun-tahun mengajarkan satu hal yaitu perjuangan itu tidak pernah selesai.

Hari-hari ini, saat melihat demo di DPR kembali mencuat, saya merasakan campuran nostalgia dan kekecewaan. Seolah waktu tidak bergerak maju. 

Isu-isu yang dulu kami perjuangkan, seperti keadilan dan kesejahteraan, masih menjadi masalah utama. Para mahasiswa dan rakyat biasa hari ini menghadapi tantangan yang sama, bahkan mungkin lebih berat. 

Mereka datang ke DPR bukan hanya untuk bersuara, tetapi untuk menagih janji yang tak pernah ditepati. Janji yang sudah usang, tertimbun di bawah tumpukan kepentingan pribadi para anggota dewan.

Perasaan pahit ini muncul karena janji-janji manis saat kampanye seringkali berbanding terbalik dengan kenyataan. 

Dulu, mereka datang ke tengah-tengah rakyat, berjanji akan menjadi jembatan aspirasi. Mereka akan berjuang untuk rakyat miskin, menaikkan taraf hidup, dan memastikan keadilan. 

Namun, setelah kursi kekuasaan didapat, rakyat ditinggalkan. Mereka lupa dari mana mereka berasal dan siapa yang memilih mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun