"Itu suara sebagian kecil rakyat kita, kenapa? Mungkin sebagian ngerasa keganggu hidupnya, masih kurang ya"
Suara "sebagian kecil rakyat kita" itu memang mengganggu, kan? Waktu mendengar ucapan  Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, rasanya ada yang nyelekit gitu di hati. Gimana nggak? Kita ini rakyat, lho. Bukan cuma angka dalam laporan keuangan. Merasa "keganggu hidupnya" itu real, Pak, bukan cuma ilusi.
Tapi ya sudahlah, nasi sudah jadi bubur. Tapi bukan berarti saya langsung ikut-ikutan teriak "ganti menteri!". Emangnya ganti menteri itu semudah ganti celana dalam?
Prosesnya panjang, berliku, dan pastinya nggak seinstan itu. Apalagi baru juga dilantik, kok ya langsung minta ganti. Mau sampai kapan negara ini maju kalau tiap ada yang salah ngomong sedikit langsung minta reshuffle?
Si Koboi di Tengah Badai Komentar
Menkeu baru ini, kalau kita lihat memang tipikal orang yang ceplas-ceplos. Blak-blakan. Nggak pakai filter. Gaya bicaranya yang spontan ini, mungkin, jadi pedang bermata dua buat dia.
Di satu sisi, bisa bikin orang kagum karena kejujurannya. Di sisi lain, ya itu tadi, bisa jadi bumerang kalau salah sasaran.
Waktu raker pertamanya dengan Komisi XI DPR RI pada 10 September lalu, dia menunjukkan lagi gaya koboinya. Tanpa basa-basi, tanpa rasa takut, dia hadapi pimpinan dan anggota dewan. Mantap.
Saya membayangkan, mungkin di ruangan itu, dia merasa lebih nyaman. DPR yang katanya wakil rakyat, memang harus terus dikritisi dan diawasi.
Jadi jika Purbaya berani "nyemprot" anggota dewan, itu poin plus buat rakyat. Ibaratnya, dia jadi wakil kita yang tidak bisa masuk ke sana buat "mencambuk" para anggota dewan itu.
Rem untuk Rakyat, Cambuk untuk DPR
Nah, ini dia poin pentingnya. Buat Pak Purbaya, kalau kebetulan tulisan nggak penting ini sampai ke Anda, ada saran sedikit dari saya sebagai rakyat.