Sementara itu, Washington terus mengirim senjata. London membela diri dengan dalih "hak membela diri." Dan Uni Eropa? Terbagi antara ketakutan pada lobi Israel dan kepengecutan politik internal.
Bisnis Berdarah: Industri Senjata Tersenyum
Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI, 2024), penjualan senjata global naik 11% sejak pecahnya perang Gaza. Amerika Serikat, Israel, dan sekutunya menjadikan konflik ini sebagai panggung demonstrasi teknologi militer.
Ya, Gaza adalah showroom berdarah tempat sistem Iron Dome, drone pembunuh, dan rudal presisi tinggi dipertontonkan.
Perang bukan kegagalan. Perang adalah strategi bisnis. Dan Israel, sebagai salah satu pengekspor senjata terbesar dunia, menjual produk berdasarkan "pengalaman tempur nyata"---tested in Gaza.
Blokade, Bom, dan Pembiaran Global
Selama hampir dua dekade, Gaza hidup di bawah blokade total. Listrik hanya beberapa jam per hari. Air bersih langka. Obat-obatan dibatasi. Tapi semua ini dianggap "biasa" oleh dunia.
Ketika akhirnya rakyat Gaza melawan, dunia menyebutnya teroris.
Saat bom dijatuhkan ke rumah mereka, mereka disuruh bersabar.
Dan ketika mereka terbunuh dalam jumlah ribuan, dunia sibuk menghitung angka, bukan menyelamatkan nyawa.
Dunia yang Kehilangan Nurani