Bisa sih, pesan dari pagi pas gw berangkat kerja. Secara, si mbaknya juga udah kenal sama gw. Dia baik seperti mertuanya. Hanya, kadang gw ga bisa pastiin pulang kapan. Entah sore, malam, bahkan dini hari. Takutnya, makananya basi. Ini dilema sih."
Gw mengangguk. Mempersilakan sang penumpang untuk melanjutkan cerita.
"Akhirnya, gw memutuskan kalo pulang malam ga beli makanan lagi di kedai. Alias, beli di luar kayak barusan atau pesan online Awalnya biasa aja. Hanya, lama-lama sikap si mbaknya ke gw kok berubah."
Dia melihat ada panggilan masuk di hpnya. Namun, langsung di-reject.
Entah malas nanggapin sosok yang menelepon atau lagi serius cerita. Ibarat pertandingan, apa yang diungkapkan ini memasuki fase final.
Klimaks.
Alhasil, penumpang itu langsung menonaktifkan ponselnya. Pertanda enggan diganggu saat sedang mendongeng.
"Woi, angkat telepon tuh. Siapa tahu penting," komentar gw, terkekeh.
"Ga. Biasa, soal kerjaan. Ini di luar jam kantor."
"Yoi, terserah lo. Ayok lanjut, keburu imsak nih."
"Anjir, baru jam dua kurang euy. Masih lama, imsaknya. Itu aja baru nongol rombongan bocah bersiap bangunin sahur."