Hanya, kalo tiap lewat kedainya disinisin terus, lama-lama gw jadi senewen. Udah dikejar target kerjaan, eh malah dapat perlakuan ga enak dari si mbak jaga kedai."
"Lo ga cerita ke mertuanya? Siapa tahu ibu pemilik kost kasih solusi gitu. Misal, nasihati mantunya agar ga ribet. Secara, lo sebagai penghuni kost, punya hak beli makan di mana pun," gw menambahkan.
"Ga lah. Kayaknya gw ga mau libatkan ibu dan bapak pemilik kost. Gw ga mau sampe mertua dan mantu tengkar cuma gara-gara sambal," penumpang menimpali.
"Yaudin, kalo gitu lo sabarin aja. Minimal sampe lebaran. Kalo lo masih disinisin juga, mending pindah," ujar gw pelan-pelan agar ga bikin drama baru.
"Atau kalo lo orangnya cuek, ya hadapin aja. Secara, duit-duit lo untuk beli makanan. Kecuali, lo bayar kost tiap bulan telat, wajar kalo disinisin. Namun, ini kan ga. Lo bayar tepat waktu."
Dia pun mengangguk. Lalu, mengambil ponsel di tas dan menyalakannya.
"Yaudah mas, balik yok. Gw mau siap sahur. Makasih ya udah nemenin."
"Siap. Sami-sami."
"Btw, lo mau liat si mbak itu ngelirik gw ga ntar. Kebetulan, gw bawa bungkusan nasi, hehehe."
"Ogah. Gw mau langsung pulang. Laper."
"Oke, mas. Terima kasih."