Mohon tunggu...
Rizal
Rizal Mohon Tunggu... Pustakawan - pekerja lepas

hoby nulis beberapa tahun terakhir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Hujan dan Dia

13 Desember 2023   08:33 Diperbarui: 13 Desember 2023   20:23 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hujan. (Sumber: oceanicpropertiesllc.com via kompas.com)

Dalam senandung hujan yang pilu,
Hatiku merintih, dicampak luka.
Cinta yang tulus, kini terhanyut,
Dalam gerimis, pengkhianat terkuak.

Embun menangis, membasahi pelusuk,
Seperti mataku, yang pernah terbuai.
Lelap cinta terjerat dalam reruntuhan,
Hancur luluh, bersama rintik hujan.

Kau, sang pengkhianat di balik bayang,
Senyummu perlahan menyatu dalam gerimis.
Cinta yang tulus kau remukkan,
Dalam guyuran, hatiku hancur berkeping.

Di tiap tetes hujan, terpahat derita,
Jejak langkahmu melukis penghianat.
Peluk erat tubuhku yang basah,
Seperti cinta kita yang sirna dalam gerimis.

Angin bertiup membawa serpihan hati,
Memisahkan kita dalam rintik hujan.
Lelah menangis, seolah hujan tak pernah reda,
Mengiringi langkahmu yang pergi membisu.

Dalam dingin malam, hati ini membeku,
Seperti tetesan hujan yang membekukan rindu.
Cinta yang dikhianati menjadi kenangan,
Dalam luka, aku menatap langit yang kelam.

Hujan menyaksikan kisah kita yang terhenti,
Seiring deru angin membawa perpisahan.
Cinta yang dikhianati, hanyut dalam rintik,
Menjadi puisi melankolis dalam hening malam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun