Burnout adalah kondisi fisik, emosional, dan mental yang terjadi karena stres yang berkelanjutan, terutama akibat ketegangan yang terus-menerus dalam lingkungan kerja. Ketika seseorang mengalami burnout, mereka tidak hanya merasa lelah, tetapi juga kehilangan motivasi dan semangat untuk bekerja, bahkan bisa berujung pada penurunan produktivitas.
Inilah yang menjadi perhatian utama setelah kembali ke rutinitas pasca-liburan. Bagaimana kita bisa kembali bekerja dengan semangat yang positif tanpa jatuh ke dalam jebakan burnout?
Usai liburan panjang, baik itu liburan Lebaran, cuti tahunan, atau libur lainnya, banyak orang merasa ada perbedaan signifikan antara rutinitas yang lebih santai selama liburan dengan ritme kehidupan yang cepat dan penuh tuntutan di tempat kerja atau sekolah. Liburan seolah memberi kita "pelarian" sementara dari tekanan sehari-hari.
Tapi begitu kembali ke "dunia nyata", tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menemukan kembali keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta mengatasi dinamika sosial di lingkungan tempat bekerja atau belajar yang mungkin sudah berubah selama cuti.
Dua aspek ini---keseimbangan kerja dan kehidupan serta reintegrasi sosial---adalah dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Terutama bagaimana kita mengatasi tantangan-tantangan yang timbul karena kedua hal tersebut.
Ada yang berpikir liburan akan menambah energi baru saat kerja lagi, dengan semangat baru dan siap untuk menghadapi rutinitas pekerjaan atau sekolah. Tapi ada kalanya semangat tersebut malah cepat memudar ketika tuntutan pekerjaan atau sekolah datang kembali dengan intensitas yang lebih tinggi. Keterkejutan kita bisa membuat mood menjadi buruk untuk bekerja.
Bekerja bagaimanapun bukan sekedar bisa memperoleh uang, tetapi juga sumber identitas. Ketika kembali ke pekerjaan, mereka sering kali merasa harus segera mengejar target yang tertunda atau memenuhi ekspektasi tinggi dari atasan atau rekan kerja. Namun, terlalu fokus pada pekerjaan tanpa memberikan waktu yang cukup untuk diri sendiri atau keluarga bisa mengarah pada burnout.
Strategi Menghadapi Burnout?
Memiliki manajemen waktu yang baik menjadi salah satu cara untuk menghindari burnout. Kita sendiri yang dapat dengan tepat membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri. Caranya tentu saja dengan menetapkan prioritas setiap hari dengan jadwal yang realistis. Tanpa melupakan ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat.
Dengan memahami diri, kita bisa mengatasi tekanan ketika menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat atau memenuhi ekspektasi yang tinggi dan bisa menyebabkan kita terbebani. Tidak ada salahnya untuk mengatakan "tidak" atau meminta bantuan jika dirasa pekerjaan sudah mulai mengarah ke overloading, meskipun mengatakan "tidak" juga sulit.
Seperti halnya liburan yang memberikan kesempatan untuk mengisi ulang energi, kita harus memberikan waktu istirahat yang cukup setiap hari dengan berolahraga, atau sekedar menikmati waktu luang di rumah. Cukup untuk membantu mengurangi stres dan memberi kesempatan untuk berpikir jernih kembali. Kita butuh "Me Time" untuk menyeimbangkan ritmenya.
Fokus fokus pada kualitas hasil kerja yang kita hasilkan akan lebih baik daripada mengejar kuantitas pekerjaan. Selain bisa memberi rasa lebih puas dengan pekerjaan, tetapi juga mengurangi tekanan untuk menyelesaikan tugas sebanyak mungkin dalam waktu yang terbatas.
Dengan berbagai cara tersebut, mungkin kita bisa mengurangi kemungkinan burnout dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tujuannya tidak lain untuk menjaga kesehatan mental, emosional, dan fisik yang baik, dan tentu saja untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam jangka panjang.