Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Langsung Tancap Gas! Hadapi Jebakan Burnout dan Reintegrasi Sosial Usai Liburan

9 April 2025   14:33 Diperbarui: 17 April 2025   11:36 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
burnout saat kerja kembali usai lebaran-kompas lifestyle

Burnout adalah kondisi fisik, emosional, dan mental yang terjadi karena stres yang berkelanjutan, terutama akibat ketegangan yang terus-menerus dalam lingkungan kerja. Ketika seseorang mengalami burnout, mereka tidak hanya merasa lelah, tetapi juga kehilangan motivasi dan semangat untuk bekerja, bahkan bisa berujung pada penurunan produktivitas.

Inilah yang menjadi perhatian utama setelah kembali ke rutinitas pasca-liburan. Bagaimana kita bisa kembali bekerja dengan semangat yang positif tanpa jatuh ke dalam jebakan burnout?

Usai liburan panjang, baik itu liburan Lebaran, cuti tahunan, atau libur lainnya, banyak orang merasa ada perbedaan signifikan antara rutinitas yang lebih santai selama liburan dengan ritme kehidupan yang cepat dan penuh tuntutan di tempat kerja atau sekolah. Liburan seolah memberi kita "pelarian" sementara dari tekanan sehari-hari.

Tapi begitu kembali ke "dunia nyata", tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menemukan kembali keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta mengatasi dinamika sosial di lingkungan tempat bekerja atau belajar yang mungkin sudah berubah selama cuti.

liburan panjang vs burnout-kompas.id
liburan panjang vs burnout-kompas.id

Dua aspek ini---keseimbangan kerja dan kehidupan serta reintegrasi sosial---adalah dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Terutama bagaimana kita mengatasi tantangan-tantangan yang timbul karena kedua hal tersebut.

Ada yang berpikir liburan akan menambah energi baru saat kerja lagi, dengan semangat baru dan siap untuk menghadapi rutinitas pekerjaan atau sekolah. Tapi ada kalanya semangat tersebut malah cepat memudar ketika tuntutan pekerjaan atau sekolah datang kembali dengan intensitas yang lebih tinggi. Keterkejutan kita bisa membuat mood menjadi buruk untuk bekerja.

Bekerja bagaimanapun bukan sekedar bisa memperoleh uang, tetapi juga sumber identitas. Ketika kembali ke pekerjaan, mereka sering kali merasa harus segera mengejar target yang tertunda atau memenuhi ekspektasi tinggi dari atasan atau rekan kerja. Namun, terlalu fokus pada pekerjaan tanpa memberikan waktu yang cukup untuk diri sendiri atau keluarga bisa mengarah pada burnout.

burnout saat kerja kembali usai lebaran-kompas health
burnout saat kerja kembali usai lebaran-kompas health

Strategi Menghadapi Burnout?

Memiliki manajemen waktu yang baik menjadi salah satu cara untuk menghindari burnout. Kita sendiri yang dapat dengan tepat membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri. Caranya tentu saja dengan menetapkan prioritas setiap hari dengan jadwal yang realistis. Tanpa melupakan ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat.

Dengan memahami diri, kita bisa mengatasi tekanan ketika menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat atau memenuhi ekspektasi yang tinggi dan bisa menyebabkan kita terbebani. Tidak ada salahnya untuk mengatakan "tidak" atau meminta bantuan jika dirasa pekerjaan sudah mulai mengarah ke overloading, meskipun mengatakan "tidak" juga sulit.

Seperti halnya liburan yang memberikan kesempatan untuk mengisi ulang energi, kita harus memberikan waktu istirahat yang cukup setiap hari dengan berolahraga, atau sekedar menikmati waktu luang di rumah. Cukup untuk membantu mengurangi stres dan memberi kesempatan untuk berpikir jernih kembali. Kita butuh "Me Time" untuk menyeimbangkan ritmenya.

Fokus fokus pada kualitas hasil kerja yang kita hasilkan akan lebih baik daripada mengejar kuantitas pekerjaan. Selain bisa memberi rasa lebih puas dengan pekerjaan, tetapi juga mengurangi tekanan untuk menyelesaikan tugas sebanyak mungkin dalam waktu yang terbatas.

Dengan berbagai cara tersebut, mungkin kita bisa mengurangi kemungkinan burnout dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tujuannya tidak lain untuk menjaga kesehatan mental, emosional, dan fisik yang baik, dan tentu saja untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam jangka panjang.

kerja tim di kantor-kompas id
kerja tim di kantor-kompas id

Reintegrasi Sosial di Tempat Kerja 

Aspek lain selain soal pekerjaan yang juga krusial usai liburan panjang adalah reintegrasi sosial di tempat kerja. Liburan memberi kesempatan bagi banyak orang untuk menjauh dari dinamika sosial yang sering kali penuh dengan tekanan, tapi setelah liburan, mereka kembali ke lingkungan sosial yang mungkin sudah berubah atau bahkan terasa asing.

Di tempat kerja, misalnya, rekan kerja atau atasan mungkin sudah terlibat dalam proyek atau aktivitas yang kita lewatkan selama cuti. Begitu kita kembali, kita harus beradaptasi dengan perubahan tersebut. Di sisi lain, hubungan dengan rekan kerja yang sebelumnya erat bisa sedikit renggang karena ketidakhadiran kita dalam waktu yang lama.

Selama liburan, banyak orang mengalami perubahan dalam pola interaksi sosial mereka. Mungkin kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman-teman dekat, sementara hubungan dengan rekan kerja atau teman sekelas bisa mulai renggang. Kembali ke tempat kerja bisa membawa rasa canggung dengan dinamika sosial yang ada.

Lingkungan sosial di tempat kerja tidak pernah stagnan. Selalu saja ada perubahan dalam struktur, atau bahkan budaya kerja yang mungkin terjadi tanpa kita sadari bisa menjadi tantangan tersendiri dalam proses adaptasi kita.

reintegrasi kerja di kantor-UMKM kompas
reintegrasi kerja di kantor-UMKM kompas

Selama cuti, kita mungkin tidak terlalu terlibat dalam pembaruan yang terjadi di tempat kerja yang bisa menyebabkan kesenjangan komunikasi. Ketika kembali, kita harus menjalin kembali komunikasi dengan rekan kerja. Berbagi pengalaman yang mungkin akan membantu membangun kembali ikatan sosial yang mungkin sempat renggang.

Penting untuk tetap terbuka terhadap perubahan yang terjadi selama liburan. Bersikap terbuka akan mempermudah kita dalam beradaptasi dengan dinamika sosial yang baru.

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi serta reintegrasi sosial di tempat kerja atau sekolah merupakan dua hal yang memerlukan perhatian khusus agar kita bisa menjalani kehidupan pasca-liburan dengan tenang dan efektif.

Dengan mengelola waktu dengan bijak, memahami batasan diri, dan menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja atau teman, kita dapat menghindari burnout dan memulihkan kembali hubungan sosial yang mungkin sempat terputus.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun