Ketika lebaran kemarin, apakah kita lebih merasa sebagai booster atau drainer selama Lebaran? Apakah meriahnya suasana lebaran justru tidak membuat semuanya nyaman?. Bisa jadi karena begitu padatnya “acara” silaturahmi mengunjungi sanak saudara yang jarang kita jumpai hingga ke pelosok, kita seolah kekurangan waktu.
Apalagi ketika jadwal yang direncanakan berubah, sehingga tidak semua saudara bisa kita temui atau hanya sejenak kunjungan silaturahminya.
Dinamika sosial dan energi yang terlibat dalam pertemuan keluarga selama lebaran memang luar biasa, momen yang penuh dengan interaksi sosial, dan bisa menimbulkan perasaan yang beragam, mulai dari kegembiraan hingga kelelahan. Menjadi penting juga kita untuk merencanakan segala sesuatunya, mengelola energi sosial dalam situasi seperti itu agar silaturahmi jalan, hati tetap nyaman.
Memangnya kenapa kita jika menjadi booster atau drainer?
Kita akan masuk kategori "booster" jika kita jenis orang yang justru merasa lebih berenergi setelah berinteraksi dengan orang lain. Mendapatkan kebahagiaan dan semangat baru ketika berada di tengah keramaian dan berbicara dengan banyak orang. Jadi dengan berkumpul dengan banyak anggota keluarga lain justru terasa menyegarkan dan memberikan rasa positif.
Sebaliknya kita akan termasuk dalam kategori "drainer", jika kita justru merasa kelelahan atau bahkan tertekan setelah banyak berinteraksi. Bukan berarti kita tidak mencintai keluarga besar atau sanak saudara kita. Interaksi sosial yang terlalu intens bisa menguras energi kita. Sehingga kelelahan setelah interaksi itu membuat orang jenis drainer membutuhkan waktu sendiri setelah berkumpul untuk memulihkan tenaganya kembali.
Jika kita cermati realitasnya berdinamika sosial saat berlebaran memang memiliki banyak sisi negatif-positif tergantung pada masing-masing orang secara personal.
Bayangkan saja saat kita bertemu sanak saudara yang sudah lama tidak berjumpa bisa membawa campuran perasaan. Bagi sebagian orang, ini mungkin momen yang sangat menyenangkan, penuh kegembiraan, nostalgia, dan kehangatan.
Tapi jangan lupa, ada sebagian orang lain, ada yang merasa canggung atau bahkan rasa lelah karena pertemuan tersebut penuh dengan obrolan dan interaksi sosial yang intens, tiba-tiba dalam waktu singkat karena sebuah momentum--lebaran.
Apalagi dalam berinamika sosial saat kumpul keluarga, setiap keluarga punya pola interaksi yang unik. Ada yang sangat aktif berkomunikasi dan berbagi cerita, sementara ada juga yang lebih tenang. Pertemuan yang penuh emosi bisa mempererat ikatan keluarga, tetapi juga bisa menimbulkan konflik atau perasaan canggung jika ada ketegangan yang belum terselesaikan.
Apalagi jika diselingi candaan yang sensitif, seperti pertanyaan soal menikah, anak, pasangan, prestasi yang bisa saja membuat masing-masing keluarga merasa “bersaing” tanpa disadari.
Lebaran sering kali membuat kita berada dalam situasi di mana kita harus terus berinteraksi dengan banyak orang, baik itu saudara, teman, atau tamu yang datang. Interakasi yang “tidak biasa” Ini bisa mempengaruhi energi sosial kita. Nah mengelola energi sosial menadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan emosional dan mental.