Dalam buku berjudul "Sekolah Merdeka: Pendidikan Memerdekakan", Mangunwijaya menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan, termasuk pengembangan keterampilan mengarang sebagai bagian dari penguatan literasi, dan mendorong kreativitas siswa. Beliau berpendapat bahwa pendidikan dasar yang berkualitas tinggi akan membekali siswa dengan kemampuan untuk mencari informasi dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan secara mandiri.
Menurutnya, dulu anak-anak sejak sekolah dasar terbiasa untuk diberi ketrampilan "mengarang"---dan karena itu juga saya merasakan dampak positifnya.
Dahulu, menurut ulasan dalam buku Romo Mangun tersebut, sebelum liburan seperti lebaran anak-anak telah di beri tugas untuk membuat karangan tentang cerita selama liburan, begitu juga saat liburan sekolah atau ketika sekolah membuat kegiatan seperti karyawisata.
Seolah-olah anak-anak telah disiapkan menjadi seorang jurnalis. Meliput, mengamati dan menyerap informasi yang mereka alami di lapangan sebelum dijadikan sebuah karangan.
Dan setiap kali, anak-anak diminta untuk menceritakan kembali tulisan "reportase" mereka di depan kelas. Saya mengingat semuanya, terasa masih sangat berkesan---bahkan cerita sederhana hanya ketemu nenek selama liburan, main di sawah, menggembala kerbau atau sekedar jalan-jalan ke tempat biasa, semuanya bisa menjadi cerita yang menarik.
Namun kini semuanya telah berubah. Sekarang ini sejak ada Internet kegiatan menulis surat, mengirim kartu pos, mengirim telegram indah sudah lenyap. Padahal, berkirim surat untuk berbagai tujuan merupakan bagian dari literasi (KBBI: kemampuan menulis dan membaca), seperti menyampaikan pesan, mengucapkan selamat ulang tahun, menyampaikan salah perkenalan, menceritakan kehidupan di rantau dan seterusnya.
Kemampuan itu jelas berbeda dengan kebiasaan anak-anak sekarang yang familiar dengan tulisan singkat yang dikirim melalui surat elektronik (Surel), SMS/Short Message Service) atau postingan di WA, Instagram dan X (d/h Twitter).
Tidak ada "kedalaman" isi yang bisa disampaikan dalam wujud pesan singkat tersebut. Dan secara tidak disadari kebiasaan baru tersebut menghilangkan kemampuan anak-anak untuk mengarang secara lebih mendalam disertai rasa (taste), bukan sekedar "pesan singkat".
Pembelajaran Dari Dasar
Sebagaimana disampaikan oleh Romo Mangun, pembelajaran dan penguatan literasi yang dibiasakan sejak Sekolah Dasar melalui ketrampilan mengarang adalah sebuah pembelajaran literasi yang penting.
Sejak awal anak-anak dibiasakan untuk bisa "merekam" fenomena, kejadian, peristiwa yang bersangkut paut langsung dengannya, peristiwa yang terjadi di sekitar mereka lalu menuliskannya. Hal itu tidak saja merangsang imajinasi yang terus berkembang, tapi juga memperbaharui wawasannya. Termasuk kepeduliannya pada situasi di sekitar mereka.
Kini hal itu sudah jauh merosot, anak-anak sudah sangat bergantung pada internet dan mesin pintar pencari seperti google.