Mohon tunggu...
Rigen Susanto
Rigen Susanto Mohon Tunggu... Kepala Sekolah

Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Kulurejo Korwilcam Bidik Nguntoronadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Menuju Karakter Hebat

26 Agustus 2025   11:54 Diperbarui: 26 Agustus 2025   12:01 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tokoh Bima (Sumber: kecerdasan artisial)

Di sebuah desa yang asri, hiduplah seorang anak bernama Bima. Bima adalah anak yang riang dan penuh semangat. Kedua orang tuanya, Pak Arya dan Bu Sekar, percaya bahwa untuk mencapai masa depan gemilang, Bima harus tumbuh menjadi anak yang berkarakter. Mereka berdua berpegang teguh pada sebuah panduan yang mereka sebut "Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat."

Awal Mula dan Tantangan Pertama

Pagi hari, saat kokok ayam jantan mulai terdengar, Bima sudah bangun pagi. Ia tidak pernah menunggu ibunya membangunkan, karena ia tahu, memulai hari dengan segar adalah kunci semangat. Setelah itu, ia beribadah. Di musala kecil di samping rumahnya, Bima menunduk khusyuk, berterima kasih atas anugerah hari baru.

Setelah beribadah, Bima segera berolahraga. Ia berlari-lari kecil mengelilingi sawah di belakang rumahnya. Udara pagi yang sejuk memenuhi paru-parunya, membuatnya merasa bugar dan siap menghadapi hari. Saat pulang, Bu Sekar sudah menyiapkan sarapan. Makan sehat dan bergizi adalah rutinitas wajib di keluarga Bima. Ada sayur bayam, ikan lezat, dan buah-buahan segar yang tumbuh di kebun sendiri.

Di sekolah, Bima adalah anak yang paling gemar belajar. Buku-buku adalah sahabat terbaiknya. Ia tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga membaca banyak buku di perpustakaan. Ia selalu ingin tahu hal-hal baru dan tidak pernah malu bertanya.

Namun, di tengah rutinitas itu, Bima mulai menghadapi sebuah tantangan. Ada sekelompok anak lain di desa yang dipimpin oleh seorang anak bernama Rico. Rico dan teman-temannya punya kebiasaan yang berbeda. Mereka sering tidur larut malam, main game sepanjang hari, dan malas berolahraga.

"Buat apa sih rajin-rajin amat?" ejek Rico suatu sore, saat melihat Bima sedang menyapu halaman masjid. "Mending main PS, seru! Kamu kayak kakek-kakek aja, tidur cepat."

Kata-kata Rico membuat Bima sedikit goyah. Beberapa kali, ia tergiur untuk ikut bermain gim hingga larut malam. Akibatnya, ia sering bangun kesiangan. Shalat Subuhnya terlewat, dan saat olahraga pagi, ia merasa lemas. Di sekolah, ia jadi sering mengantuk dan sulit berkonsentrasi saat belajar.

Titik Balik dan Penguatan Karakter

Pak Arya dan Bu Sekar menyadari perubahan pada Bima. Mereka tidak memarahi, melainkan mengajak Bima berdiskusi dari hati ke hati.

"Ayah tahu kamu ingin berteman dengan mereka," kata Pak Arya dengan lembut. "Tapi, apakah kamu bahagia dengan caramu sekarang? Lihat, kamu jadi tidak bersemangat."

Bima tertunduk. "Aku ingin seperti Rico, Yah. Kelihatannya seru sekali."

"Seru untuk sesaat, Bima," timpal Bu Sekar. "Tapi kamu sudah merasakan sendiri akibatnya. Tubuhmu tidak sehat, belajarmu terganggu. Kamu tahu, kan, kalau kita harus makan sehat dan bergizi untuk punya tenaga, dan gemar belajar untuk jadi pintar."

Peran keluarga dan guru sangat penting di sini. Bu Sekar mengajak Bima ke perpustakaan dan menemukan buku tentang tokoh-tokoh hebat. Pak Arya menemani Bima saat shalat subuh di masjid, menguatkan kembali kebiasaan beribadah. Di sekolah, guru Bima, Pak Budi, juga memperhatikan dan memberikan dukungan.

Suatu hari, ada perlombaan lari maraton anak-anak se-kecamatan. Bima yang sudah kembali ke rutinitas olahraganya, merasa bugar dan siap. Sementara itu, Rico dan teman-temannya ikut serta, namun mereka cepat kelelahan. Mereka tidak terbiasa berolahraga, dan kebiasaan makan seadanya membuat stamina mereka buruk. 

Solusi dan Kemenangan Sejati

Bima memenangkan perlombaan itu dengan mudah. Ia tidak hanya bangga, tetapi juga menyadari sesuatu yang jauh lebih penting. Kemenangannya bukanlah semata-mata karena bakat, tetapi karena kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah ia terapkan.

Setelah perlombaan, Rico menghampiri Bima. "Selamat, Bima. Kamu memang hebat," katanya dengan nada tulus.

Bima tersenyum. "Terima kasih, Rico. Sebenarnya, kamu juga bisa. Kuncinya bukan cuma latihan hari ini, tapi kebiasaan setiap hari."

Bima kemudian mengajak Rico dan teman-temannya. Ia tidak menggurui, melainkan mengajak mereka bermasyarakat. Mereka mulai bergabung dengan kegiatan bersih-bersih desa, dan Bima mengajak mereka berlari-lari kecil di sore hari. Bima juga menunjukkan bahwa belajar itu tidak harus membosankan, dan tidur cepat membuat mereka bisa lebih berenergi di esok hari.

Evaluasi dilakukan secara berkala. Keluarga, guru, dan masyarakat saling berkolaborasi. Mereka memantau perkembangan Bima dan anak-anak lainnya. Dengan konsistensi dan dukungan, Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tidak lagi sekadar panduan, tetapi telah menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Visi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui penguatan karakter anak perlahan terwujud. Bima, yang dulu sempat goyah, kini menjadi teladan. Ia membuktikan bahwa karakter yang kuat tidak datang dari jalan pintas, melainkan dari pilihan-pilihan kecil yang konsisten setiap hari.(RIG's)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun